Cerita Asik Dewasa : Kesempatan ML dengan Kakak-ku

Kesempatan ML dengan Kakak-ku
Cerita Asik Dewasa : Kesempatan ML dengan Kakak-ku
Tempat Informasi, Cerita & Foto Dewasa, Sex, Hot, Dewasa Cerita Asik Dewasa : Skandal Anak Ibu Kost Cerita Asik Dewasa : Cerita Sex Menikmati 2 Tubuh Temanku  Cerita Sex | Cerita Dewasa Terbaru | Cerita Ngentod | Cerita Mesum | Cerita ABG | Cerita Porno | Cerita Asik Dewasa - Kesempatan ML dengan Kakak-ku, Kisahku ini terjadi karena aku sering mengintip kakaku cewek yang suka dengan masturbasi, disamping itu kakaku ternyata cewek lebian aku mengintip kadang suka bermain dengan sesama jenis, biar lebi serunya kita simak cerita berikut ini.

Perkelanalkan namaku Dedi aku mahasiswa PTS di kota Bandung dan sekarang masih semester 2 jurusan yang aku ambil TI dari pertama kuliah aku tinggal bersama kakaku Endah usiaku terpaut enam tahun, dia memang bukan kakak kandungku tapi bagiku dia adalah sosok yang perhatian dan kami jauh dari orang tua.

Rumah yang kami tempati, baru satu tahun dibeli kak Endah. Tidak terlalu besar memang, tapi lebih dari cukup untuk kami tinggali berdua. Setidaknya lebih baik dari pada kost-kostan. Kak Endah saat ini bekerja disalah satu KanCab bank swasta nasional. Meskipun usianya baru 28 tahun, tapi kalau sudah mengenakan seragam kantornya, ia kelihatan dewasa sekali. Berwibawa dan tangguh. Matanya jernih dan terang, sehingga menonjolkan kecantikan alami yang dimilikinya.

Dua bulan pertama aku tinggal dirumah kak Endah, semuanya berjalan normal. Aku dan kak Endah saling menyayangi sebagaimana adik dan kakak. Pengahasilan yang lumayan besar memungkinkan ia menangung segala keperluan kuliah ku. Memang sejak masuk kuliah, praktis segala biaya ditanggung kak Endah.

Namun dari semua kekagumanku pada kak Endah, satu hal yang aku herankan. Sejauh ini aku tidak melihat kak Endah memiliki hubungan spesial dengan laki-laki. Kupikir kurang apa kakaku ini ? cantik, sehat, cerdas, berpenghasilan mapan, kurang apa lagi ?
Seringkali aku menggodanya, tapi dengan cerdas ia selalu bisa mengelak. Ujung-ujungnya ia pasti akan bilang, “Gampang deh soal itu, yang penting karier dulu…!”, aku percaya saja dengan kata-katanya. Yang pasti, aku menghomati dan mengaguminya sekaligus.

Hingga pada suatu malam. Saat itu waktu menunjukan pukul 9.00, suasana rumah lengang dan sepi. Aku keluar dari kamarku dilantai atas, lalu turun untuk mengambil minuman dingin di kulkas. TV diruang tengah dimatikan, padahal biasanya kak Endah asyik nongkrongin Bioskop Trans kesayangannya.

Karena khawatir pintu rumah belum dikunci, lalu aku memeriksa pintu depan, ternyata sudah dikunci. Sambil bertanya-tanya didalam hati, aku bermaksud kembali ke kamarku. Namun tiba-tiba terlintas dibenakku,
“kok sesore ini kak Endah sudah tidur ?”, lalu setengah iseng perlahan aku mencoba mengintip kak Endah didalam kamar melalui lubang kunci.
Agak kesulitan karena anak kunci menancap dilubang itu, namun dengan lubang kecil aku masih dapat melihat kedalam.

Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Kak Endah menggeliat-geliat diatas spring bad. Tanpa busana sehelaipun !!!

Ya Ampun ! Ia menggeliat-geliat kesana kemari. Terkadang terlentang sambil mendekap bantal guling, sementara kedua kakinya membelit bantal guling itu. Kemudian posisinya berubah lagi, ia menindih bantal guling.

Napasku memburu. Ada rasa takut, malu, dan entah apalagi namanya. Sekuat tenaga aku tahan perasaan yang bergemuruh didadaku. Kualihkan pandanganku dari lubang kunci sesaat, pikiranku sungguh kacau, tak tahu apa yang harus kuperbuat. Namun kemudian rasa penasaran mendorongku untuk kembali mengintip. Kulihat kak Endah masih menindih batal guling.

Pinggulnya bergerak-gerak agak memutar, lalu kemudian dengan posisi agak merangkak ia menumpuk dan memiringkan bantal dan guling, lalu meraih langerie-nya. Ujung bantal itu ditutupinya dangan langerie. Kembali aku mengalihkan pandanganku dari lubang kunci itu. Ngapain lagi tuh ?!!, aku tertegun.

Entah kenapa, rasa takut dan jengah perlahan berganti dengan geletar-geletar tubuhku. Tanpa sadar ada yang memanas dan mengeras di balik training yang aku kenakan. Aku meremasnya perlahan. Ahhh…

Ketika kembali aku mengintip ke dalam kamar, kulihat Kak Endah mengarahkan selangkangannya pada ujung bantal itu, hingga posisinya benar-benar seolah menunggangi tumpukan bantal itu.

Lalu tubuhnya terutama bagian pinggul bergoyang goyang dan bergerak-gerak lagi, setiap goyangan yang dilakukanya secara reflek membuat aku semakin cepat meremas batang kemaluanku sendiri. Entah berapa lama aku menyaksikan tingkah laku kak Endah didalam kamar.
Nafasku memburu, apalagi manakala aku melihat gerakan kak Endah yang semakin cepat. Mungkin ia hendak mencapai orgasme, dan benar saja, beberapa saat kemudian tubuh kak Endah nampak berguncang beberapa saat, jemari kak Endah mencengkram seprai.

Aku tak tahan lagi. Bergegas aku menuju kamarku sendiri. Lalu kukunci pintu. Kumatikan lampu, lalu berbaring sambil memeluk bantal guling dengan nafas memburu. Pikiranku kacau. Bagaimanapun aku laki-laki normal. Aku merasakan gelombang birahi menyala dan semakin menyala didalam tubuhku.

Dan makin lama makin membara. Ah… aku tak tahan lagi. Dengan tangan gemetar aku membuka seluruh pakaian yang kukenakan, lalu aku berguling-guling diatas spring bad sambil mendekap bantal guling. Aku merintih dan mendesah sendirian. Diantara desahan dan rintihan aku menyebut-nyebut nama kak Endah. Aku membayangkan tengah berguling-guling sambil mendekap tubuh kak Endah yang putih mulus. Pikiranku benar-benar tidak waras.

Aku membayangkan tubuh kak Endah aku gumuli dan kuremas remas. Sungguh aku tidak tahan, dengan sensasi dan imajinasiku sendiri, aku merintih dan merintih lalu mengerang perlahan seiring cairan nikmat yang muncrat membasahi bantal guling. (Besok harus mencuci sarung bantal…masa bodo…!!!!)

Sejak kejadian malam itu, pandanganku terhadap kak Endah mengalami perubahan. Aku tidak saja memandangnya sebagai kakak, lebih dari itu, aku kini melihat kak Endah sebagai wanita cantik. Ya wanita cantik ! wanita cantik dan seksi tentunya. Ah…….! (maafkan aku kak Endah !)

Terkadang aku merasa berdosa manakala aku mencuri-curi pandang. Kini aku selalu memperhatikan bagian-bagian tubuh kak Endah. . ! mengapa baru sekarang aku menyadari kalau tubuh kak Endah sedemikian putih dan moligh. Pinggulnya, betisnya, dadanya yang dihiasi dua gundukan itu.

Ah lehernya apalagi, mhhh rasanya ingin aku dipeluk dan membenamkan wajah dilehernya.
“Hei, kenapa melamun aja ? Ayo makan rotinya !“, kata kak Endah sambil menuangkan air putih mengisi gelas dihadapanya, lalu meneguknya perlahan.
Air itu melewati bibir kak Endah, lalu bergerak ke kerongkonganya…. Ahhh kenapa aku jadi memperhatikan hal-hal detail seperti ini ?

“Siapa yang melamun, orang lagi …. ammmm mmm enak nih, selai apa kak ?”, aku mengalihkan perhatian ketika kedua bola mata kak Endah menatapku dengan pandangan aneh.
“Nanas ! itu kan selai kesukaanmu. awas abisin yah !”, kak Endah bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan membelakangiku menuju wastafel untuk mencuci tangan.
“OK, tenang aja !”, mulutku penuh roti, tapi pandangan mataku tak berkedip menyaksikan pinggul kak Endah yang dibungkus pakaian dinasnya. Alamak, betisnya sedemikian putih dan mulus…
“Kamu gak pergi kemana-mana kan ?“, kata kak Endah. Hari sabtu aku memang gak ada mata kuliah.
“Enggak…!”, kataku sesaat sebelum meneguk air minum.
“Periksa semua kunci rumah ya Ted kalo mau pergi. Kemarin di blok C11 ada yang kemalingan….!”.
“Mmhhh… iya, tenang aja…”, kataku sambil merapikan piring dan gelas bekas sarapan kami.

Beberapa saat kemudian suara mobil terdengar keluar garasi. Lalu suara derikan pintu garasi ditutup. Dan ketika aku keteras depan, Honda Jazz warna silver itu berlalu meninggalkan pekarangan.

Setelah memastikan kak Endah pergi, aku kemudian mulai mengamati atap dan jarak antar ruangan. Sejak kemarin aku telah memiliki suatu rencana.

Aku mau memasang Mini Camera kekamar kak Endah, biar bisa online ke TV dikamarku, he he !.

Sebulan berlalu, otakku benar-benar telah rusak.

Aku selalu menunggu saat-saat dimana kak Endah bermasturbasi. Dengan bebas aku melihat Live Show, lewat mini kamera yang telah kupasang dilangit-langit kamar Kak Endah. Aman ! sejauh ini kak Endah tak menyadari bahwa segala gerak-geriknya ada yang mengamati.

Benar rupanya hasil survai sebuah lembaga bahwa 60 % dari wanita lajang melakukan masturbasi. Kalau kuhitung bahkan ka Endah melakukanya seminggu dua kali. Pasti tidak terlewat ! malam rabu dan malam minggu.

Kasihan kak Endah. Ia mestinya memang sudah berumah tangga. Tapi biarlah, kak Endah toh sudah dewasa, ia pasti tahu apa yang dilakukannya. Dan yang terpenting aku punya sesuatu untuk kunikmati. Kalau kak Endah melakukannya dikamarnya, pasti aku juga. Ahh….

Seringkali ditengah kekacauan pikiranku, ingin rasanya aku bergegas kekamar kak Endah ketika kak Endah tengah menggeliat-geliat sendiri.

Aku ingin membantunya. Sekaligus membantu diriku sendiri. Gak usah beneran, cukup saling bikin happy aja. Tapi aku gak berani. Apa kata dunia ?

Malam ini. Aku tak sabar lagi menunggu, sudah hampir jam sembilan. Tapi kok gak ada tanda-tandanya. Kak Endah masih asyik nongkrongi TV diruang tengah. Aku kemudian bergegas keluar rumah bermaksud mengunci gerbang.
“Mau kemana Ted ?”,
“Kunci gerbang ah, udah malem !”, kataku sambil menggoyangkan anak kunci .
“Jangan dulu dikunci, temen kak Endah ada yang mau kesini !”,
“Mau kesini ? siapa kak ?”,
“Santi…yang dulu itu lho !”,
“Ohh…!”, aku mencoba mengingat. Sinta ? ah masa bodo… tapi kalo dia kesini, kalo dia nginep, berarti …? Yah…! hangus deh.

Aku bergegas kembali kedalam. Dan ketika aku menaiki tangga ke lantai atas, HP kak Endah berdering. Kudengar kak Endah berbicara, rupanya temennya si Sinta brengsek itu udah mau datang. Huh !
Aku hampir aja ketiduran. Atau mungkin memang ketiduran. Kulihat jam menunjukan pukul 10.30 malam, ya ampun aku memang ketiduran.

Cuci muka di wastafel, lalu aku ambil sisa kopi yang tadi sore kuseduh. Dingin tapi lumayan daripada gak ada. Lalu seteguk air putih. Lalu sebatang Class Mild.

Dan, asap memenuhi ruang kamar. Kubuka jendela, membiarkan udara malam masuk kekamarku. Sepi. Temennya kak Endah udah pulang kali ?!.

Kunyalakan TV, tapi hampir seluruh chanel menyebalkan, Kuis, Lawakan, Ketoprak, Sinetron Mistery, fffpuih ! kuganti-ganti channel tapi emang semua chanell menyebalkan, lalu kutekan remote pada mode video…lho apa itu…?!

Ya ampun ! sungguh pemandangan yang menjijikan.

Apa yang akan dilakukan kak Endah dan temannya itu. Aku geleng-geleng kepala, ada rasa marah, kesal. Aku tidak menyangka kalau kak Endah ternyata menyukai sesama jenis (Lesbian).

Apa kata Mama. Ya ampuuuuun…!

Kumatikan TV. Aku termenung beberapa saat.

Aku ambil gelas kopi, satu tetes, kering. Ah air putih saja. Aku habiskan air digelas besar sampai tetes terakhir.

Tapi…., aku tekan lagi tombol power TV, Upps… masih On Line ! Aku melihat kak Endah dengan temannya berbaring miring berhadapan. Aku yakin mereka tanpa busana. Meskipun berselimut, bagian pundak mereka yang tak tertutup menunjukan kalau mereka tak berpakaian. Mereka saling menatap dan tersenyum.

Tangan kiri kak Sinta mengelus-elus pundak kak Endah. Sementara kuperhatikan tangan kak Endah nampaknya mengelus-elus pinggang kak Sinta, tidak kelihatan memang tapi gerakan-gerakan dari balik selimut menunjukan hal itu.
Lama sekali mereka saling pandang dan saling tersenyum. Mungkin mereka juga saling berbicara, tapi aku tak mendengarnya karena aku tidak memasang Mini Camera dengan Mic.

Perlahan kepala kak Sinta mendekat, tangannya menghilang kedalam selimut dan menelusuri punggung kak Endah. Aku Cemburu ! Mereka berciuman dengan penuh perasaan, perlahan saling mengulum dan melumat. fffpuih ! Ternyata benar-benar ada tugas pria yang dilakukan oleh wanita.

Untuk beberapa saat mereka berciuman dan saling meraba. Aku jadi menahan nafas. Mungkin aku juga ketularan tidak waras, rasanya ada satu gairah yang perlahan bangkit didalam tubuhku. Bahkan, aku mulai mendidih !

Sesaat kak Sinta nampak menelusuri leher kak Endah dengan bibir dan lidahnya, aku mengusap leherku sendiri.

Entah kenapa aku merasa merinding nikmat. Apalagi melihat ekpresi kak Endah yang pasrah tengadah, sementara kak Sinta dengan lembut bolak-balik menjilat leher, dagu, pangkal telinga.
Aku tak tahan melihat kak Endah diperlakukan seperti itu. Setelah mematikan lampu, aku kemudian beranjak ke atas spring Bad, mendekap bantal guling, sementara mataku tak lepas dari layar TV.

Situasi semakin seru, kak Endah kini yang beraksi, ia kelihatan agak terlalu terburu-buru. Dengan penuh nafsu ia menjilati dan menciumi leher kak Sinta yang kini terlentang ditindih kak Endah. Kepala kak Sinta mendongak-dongak, aku yakin ia tengah merasakan gelenyar-gelenyar nikmat dilehernya.

Kemudian kak Endah berpindah menciumi dada kak Sinta, sekarang baru nampak jelas wajah kak Sinta. Ia ternyata cantik sekali, bahkan sedikit lebih cantik dari kak Endah. Ah aku terangsang. Tonjolan dibalik kain sarung yang kukenakan makin mengeras. Agak ngilu terganjal ujung bantal guling, sehingga perlu kuluruskan.

Kak Endah benar-benar beraksi, ia menciumi dan melahap payudara kak Sinta. Wajah kak Sinta mengernyit, dan mulutnya terbuka, apalagi ketika kak Endah mengemut putting susunya. Ia Menggeliat-geliat sementara kedua tangannya mendekap kepala kak Endah.
Bergantian kak Endah mengerjai kedua payudara kak Sinta. Kak Sinta menggeliat-geliat. Semakin liar, apalgi ketika kak Endah menyelinap ke dalam selimut.

Tiba-tiba kepala Kak Endah muncul lagi dari balik selimut, tengadah mungkin ia tersenyum atau tengah mengatakan sesuatu, karena kulihat kak Sinta tersenyum, lalu sebuah kecupan mendarat dikening Kak Endah.

Sesaat kemudian kak Endah menghilang lagi ke dalam selimut. Kak Sinta tampak membetulkan posisi badannya, selimutnya juga dirapihkan, aku tak dapat melihat apa yang tengah dilakukan kak Endah, tapi menurut perkiraanku kepala kak Endah tepat diantara selangkangan kak Sinta. Entah apa yang tengah dilakukannya.

Namun yang terlihat, kak Sinta mendongak-dongak, kedua tanganya meremas-remas kepala kak Endah. Kepala kak Sinta bergerak kekanan dan kekiri. Tubuhnya juga menggelinjang kesana sini. Kondisi seperti itu berlalu cukup lama.

Aku keringatan. Nafasku memburu. Tanpa sadar kubuka kaus yang kukenakan, lalu kulemparkan kain sarungku. Kemaluanku mengeras, menuntut diperlakukan sebagaimana mestinya. Ah… edan !

Tiba-tiba aku lihat kak Sinta mengejang beberapa kali. Pinggulnya mengangkat, kedua pahanya menjepit kepala kak Endah. Mengejang lagi, sementara kepalanya mendongak kekanan dan kiri. Ia terengah-engah, lalu sesaat kemudian terdiam.

Matanya terpejam. Kemudian kak Endah muncul dari balik selimut, ia nampak mengelap mulutnya dengan selimut. Paha kak Sinta tersingkap karenanya.

Kak Sinta kemudian meraih kedua bahu kak Endah, mendaratkan kecupan dikening, pipi kanan dan kiri kak Endah, lalu merangkul kak Endah ke dalam pelukannya. Beberapa saat mereka berpelukan. Aku yang menyaksikan kejadian itu hanya dapat menahan napas, sementara tangan kananku meremas-remas dan mengurut kemaluanku sendiri.

Dan, kemudian mereka nampak berbincang lagi, lalu kak Endah membaringkan badanya. Terlentang. Kak Sinta menarik selimut, lalu menyingkirkannya jauh-jauh.

Kak Endah kelihatan protes, tapi protes kak Endah dibalas dengan lumatan bibir kak Sinta. Tubuh kak Sinta menindih tubuh kak Endah. Aku melihat, dengan mata kepalaku sendiri. Dua wanita cantik, dua tubuh indah dengan kulit putih mulus, tanpa busana, tanpa penutup apapun.

Saling menyentuh. Kak Sinta kini yang bertindak aktif, ia kini menjilati leher, pangkal leher, bahu, dada, payudara kanan dan kiri.

Kak Endah nampak pasrah diperlakukan seperti itu. Kak Sinta nampak lebih terampil dari kak Endah, hampir setiap inci tubuh kak Endah dijilati dan dikecupnya. Bahkan kini ia menelusuri pangkal paha kak Endah dari arah perut dan terus bergerak ke bawah.

Kak Endah hendak bangun, kedua tanganya seolah menahan kepala kak Endah yang terus bergerak ke bawah, entah mungkin karena geli atau nikmat yang teramat sangat. Tapi tangan kak Sinta menahanya, akhirnya kak Endah menyerah. Dihempaskannya tubuhnya ke atas spring bad.

Kak Sinta kini menciumi paha, lutut, bahkan telapak kaki kak Endah. Tangan kanan kak Endah mengusap-usap kemaluannya, sementara jari-jari tangan kirinya dimasukan kedalam mulutnya sendiri. Ia mengeliat-geliat.

Tubuh kak Sinta kemudian berubah lagi. Ia kini telah siap berada diantara paha kak Endah. Kak Sinta menarik bantal dan meletakannya, dibawah pinggul kak Endah, sehingga tubuh bagian bawah kak Endah makin terangkat. Kepala kak Endah terjepit persis diantara selangkangan kak Endah.

Sebelah tangannya meremas-remas payudara kak Endah. Aku lihat tubuh kak Endah mengelinjang-gelinjang. Tak sadar aku turut merintih. Semakin kak Endah menggelinjang, nafasku semakin memburu. Tubuhku kini mendekap dan mengesek-gesek bantal guling, dan batang kemaluanku menggesek-gesek ujungnya.

Nikmat, entah apa yang kini berada didalam pikiranku. Yang pasti aku turut larut dalam situasi antara kak Endah dan kak Sinta.

“Kak Endahii… kak Sinta……, ini Dedi… asssshhh..ahh kak…aku juga..!”, aku merintih dan terus merintih.
Semakin lama kak Endah kulihat semakin liar, badannya bergerak-gerak, naik-turun searah pinggulnya. Kedua tangannya menangkup kepala kak Sinta.

Semakin lama gerakan kak Endah semakin liar, lalu pessss, TV mendadak padam. Sialan ! lampu diluar juga padam. Gelap gulita. PLN sialan ! Brengsekkkkkk !!!

Aku terengah-engah, dalam kegelapan. Sudah kadung mendidih, aku teruskan aksiku meski tanpa sensasi visual. Aku merintih dan mendesah sendiri dalam kegelapan. Aku yakin disana kak Endah dan kak Sinta pun tengah merintih dan mendesah, juga dalam kegelapan.

Dor ! Dor ! Dor !

“Dedi… bangun, udah siang !“, suara ketukan atau entah gedoran pintu membangunkan aku. Rupanya sudah siang.
“Bangun…!”, suara kak Endah kembali terdengar.
“Iya..! udah bangun…”, teriakku. Lalu terdengar langkah kaki kak Endah menjauh dari pintu kamarku.

Ya ampun ! aku terkaget. Berantakan sekali tempat tidurku. Dan bantal guling…, bergegas aku buka sarungnya. Wah nembus !

Dengan terburu-buru kurapikan kamarku, jam menunjukan pukul 8 pagi.

Kalau tidak khawatir mendengar kembali teriakan kak Endah yang menyuruh sarapan mungkin aku memilih untuk tidur lagi. Akhirnya aku keluar kamar, mengambil handuk, dan bergegas kekamar mandi.


Permainan Games Seru Dan Menguntungkan Silahkan Klik langsung Di Bawah Ini : 

Bonus PromoNew Member 10%
 qqdomino

Bonus Referral Hingga 20%
 kiukiudomino

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Facebook

Advertising

Histats