CERITA ASIK DEWASA : PACARKU YANG TINGGAL DI ASRAMA PERAWAT

PACARKU YANG TINGGAL DI ASRAMA PERAWAT

Sarry :

CERITA ASIK DEWASA : Pacarku Yang Tinggal Di Asrama Perawat :
Pacarku itu tinggal di asrama perawat bersama teman satu
pendidikannya. Wah.. mulus-mulus tubuh mereka semua, maklum sekolah
perawat, jadi body-nya mungkin juga dirawat. Yang jadi pikiranku
sekarang ini adalah sahabat dari pacarku itu. Begini ceritanya,
pacarku kan punya sahabat, namanya Sarry, orangnya cantik juga sih.
Ketika Diah pulang kampung ke Jawa Tengah, si Sarry datang ke tempat
kostku. Seperti biasa, Sarry sudah terbiasa dengan keadaan kamarku
yang seperti selesai perang, berantakan sekali, hehehehe. Berhubung
dia itu sahabat dari pacarku, jadi kusambut dengan ramah.

Kami bercerita panjang lebar sambil duduk di atas kasur. Seperti
seorang sahabat, kami saling bercanda. Suatu ketika, Sarry terdiam
termenung. Aku heran, kutanyakan mengapa dia tiba-tiba terdiam
seperti bersedih. Sarry dengan perlahan sekali bercerita bahwa jika
dia selesai dalam pendidikan perawatnya ini, dia akan dinikahkan oleh
seorang yang belum sama sekali dikenalnya. Melihat dia mulai
menangis, aku berusaha menghiburnya dan berkata bijaksana. Tetapi
malah membuat dia lebih keras menangis.

Perlahan dia berkata, “ Ren, sebenarnya saya sayang kamu..”
Sarry tertunduk, “Maafkan saya Ren..” lanjutnya.
Aduh, aku bingung harus menjawab bagaimana. Sementara aku terdiam,
Sarry memelukku. Tubuhnya yang harum dan kulitnya yang halus
menyengat isi kepalaku. Aku berusaha tetap tenang dan mengingat bahwa
dia ini sahabat dari pacarku. Tetapi “Mr Happy”, julukan “adik”
kecilku ini (kadang-kadang besar juga sih) tidak mau tahu, menggeliat
dan mulai mengeras di dalam celanaku. Apalagi benda empuk di dada
Sarry menghimpit tubuhku. Bisa gawat nih, “Mr Happy” on line..!
Gelisah dan segera ingin keluar dari sarangnya.Sarry semakin erat
memelukku.

Kucoba mencium dahinya perlahan. Dia diam saja. Cium
pipinya, dia masih diam juga. Kucoba meraih bibirnya yang mungil dan
mengulumnya, Sarry membalas perlahan. Wah, habis sudah iman yang
kumiliki..! Kulumat bibirnya dengan ganas hingga dia gelagapan dan
kewalahan. Ketika bibirku meluncur ke lehernya, Sarry merintih
tertahan. Tanganku yang sigap dan terlatih tidak tinggal diam, mulai
menyusup dari belakang t-shirt-nya, mengusap punggungnya yang halus
dan mencari kaitan BH-nya. Lepas..! Mulai perlahan kuangkat t-shirt
biru mudanya hinga terlepas berikut BH-nya, dan terlihatlah buah
dadanya yang indah itu. Keadaan putingnya masih ranum sekali.

Setelah puas menjelajah daerah leher dengan diiringi rintihan lembut
Sarry, mulutku mulai menelusuri gundukan lembut itu. Sarry melenguh
lirih, tangannya mencoba menahan kepalaku, namun dia tidak
menolaknya. Berputar diantara lereng buah dadanya, mulai mulutku
mendaki mencari putingnya. Bersamaan desahan panjangnya, Sarry meremas
rambut kepalaku ketika putingnya terkulum oleh bibirku dan mulai
kujilati. Dengan nikmat sekali aku berpindah dari puting yang satu ke
puting yang lainnya. Mulai mengeras juga ketika jariku turut mengurut-
urutnya.

Perlahan tubuhnya kurebahkan di atas kasur dan tanganku mulai
mengusap-usap pahanya yang mulus dan licin ke atas sambil mengangkat
rok mininya. Masih dengan mulut di buah dadanya, tanganku telah
mencapai pangkal pahanya. Perlahan kucoba merenggangkannya dengan
jariku, dan mulai menyusupkan jariku diantara celana dalamnya. Hangat
sekali..! Bunyi gemerisik perlahan terdengar ketika jari-jariku
menyentuh rambut-rambut lembut di daerah tersebut dan mulai mencari
lubang “Miss Pussy” (julukan kemaluannya).

Sarry merintih memelas sekali ketika jariku mengusap-usapnya perlahan
dan teratur. Lembab dan hangat serta sedikit lekat kurasakan dijariku.
Kepalaku menggeser ke arah bawah pusarnya hingga kini berhadapan
dengan celana dalamnya. Perlahan kutarik ke bawah dengan sedikit
mengangkat pantatnya dan lepas juga. Kurenggangkan pahanya dan
kedekatkan kepalaku. Tangan Sarry refleks berusaha menahanku.
“Jangan Ren..!” Sarry berusaha menarik kepalaku, tapi percuma saja
sebab lidahku telah menjilati pangkal celah “Miss Pussy”-nya.
Sarry menggeliat-geliat tidak menentu. Namun tangannya tetap
memegangi kepalaku yang ada di pangkal pahanya.

Lama-kelamaan, mungkin karena merasa nikmat atau geli atau entah apa,
kini malah Sarry sedikit mendesakkan kepalaku di belantara
rambut “Miss Pussy”-nya sambil merenggangkan pahanya agak lebar.
Jilatanku semakin menjadi-jadi dan rintihan-rintihan Sarry semakin
keras. Kini tangannya tidak menahanku lagi, hanya meremas-remas
rambut kepalaku saja. Bahkan pinggulnya kini turut bergoyang lembut
mengikuti tiap jilatanku pada bibir “Miss Pussy”-nya. Suaranya yang
memelas dan tertahan semakin mengeraskan “Mr Happy”-ku, yang dari
tadi tidak terurus sama sekali.

Sesaat kulepaskan pakaianku sendiri, “Mr Happy” melompat keluar
dengan perkasanya, mengacung dengan urat-uratnya yang dahsyat. Aku
merayap diantara tubuh Sarry yang telentang, kuhadapkan “Mr Happy” di
wajahnya yang imut. Mata Sarry nanar melihat keperkasaannya.
Kutuntuntangannya untuk memegangnya. Matanya terpejam ketika jari
lentiknya menggenggam batang leher”Mr Happy”-ku. Kusorongkan perlahan
kepala “Mr Happy” pada mulut mungilnya.
“Isap sayang.., coba diisap..!”
Bibir mungilnya terbuka perlahan mencoba mengulum kepala “Mr Happy”.
Kewalahan juga Sarry untuk menguasai besarnya kepala “Mr Happy”-ku
yang sudah coklat kememerahan itu.
“Isap sekarang..” pintaku lembut.

Dengan mata masih terpejam, Sarry menghisapnya. Setiap hisapannya
membuat urat-urat leher kemaluanku itu berdenyut. Kudorong agak dalam
batang kemaluanku di dalam mulutnya. Sarry gelagapan hingga air
liurnya keluar dan menimbulkan suara berkecipak. Perlahan kumaju-
mundurkan batang kemaluanku. Semakin lama semakin dalam. 2/3 dari
batang kemaluanku kubenamkan dalam mulut mungilnya.

Lama kubiarkan Sarry menghisap-hisapnya. Pemandangan itu membuatku
semakin bergairah saja. Bibirnya yang lembut bergesekan dengan kulit
kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Ketika kucabut dari mulutnya,
terlihat Sarry mencoba mengambil nafas dengan terengah-engah.
Kusambar mulutnya yang mungil dengan mulutku. Agak lama kami saling
mengulum, namun perlahan kembali kurenggangkan pahanya yang putih
hingga terbuka lebar. Terlihat kembali “Miss Pussy”-nya yang
kemerahan diantara kilauan rambut-rambut halusnya.

Kini kuarahkan “Mr Happy” di bibir “Miss Pussy” yang lembab berair.
Kudesakkan sedikit hingga kepala “Mr Happy” ditelah habis oleh “Miss
Pussy”.
“Sakit ngga Ren..?” tanya Sarry disela rintihannya.
“Sedikit sayang.. hanya sedikit..” jawabku menghibur, sebab
konsentrasiku berada pada acara utama yang akan kami lakukan.

Dengan satu dorongan mantap dariku dan diiringi rintihan kenikmatan
yang keras, Sarry menerima seluruh panjang “Mr Happy”-ku. Sarry
meremas rambut kepalaku dengan keras. Kupeluk tubuhnya yang
berkeringat dan kurasakan getaran yang hebat padanya. Kubiarkan
beberapa saat “Mr Happy” di dalam lumatan “Miss Pussy”-nya. Denyutan
lembut namun kuat sangat terasa olehku pada tiap urat kemaluanku.
“Memang masih perawan si Sarry ini,” pikirku.

Perlahan kutarik batang “Mr Happy”-ku. Gesekan nikmat ini membuat
Sarry merintih dengan kepala mendongak ke atas. Giginya mengigit
bibirnya sendiri, menahan sesuatu. Kubenamkan kembali batang
kemaluanku ke dalam kehangatan kemaluannya. Sarry kembali
mengeluarkan desisan menggairahkan. Semakin lama gesekan batang
kemaluanku kupercepat, mencoba membuat Sarry semakin histeris dan
menggumamkan kata-kata yang tidak jelas terdengar. Suara lengguhan
Sarry yang menggairahkan dan dengusan nafas membara dariku,
menimbulkan suara berkecipak diantara pangkal paha kami berdua.
Gesekan Nikmat disertai hisapan berdenyut “Miss Pussy” milik Sarry
yang hangat membuat batang “Mr Happy”-ku menggila. Bibirku yang
bernafsu sesekali menghisap puting mungil buah dada Wulan yang
menegang.

“Rendi… ach.. aku…” desis Sarry.
Aku sadar dia akan mencapai klimaksnya. Kemaluanku semakin ganas
kubenamkan di liang kehangatannya. Dan.., pinggangku terasa bergetar
keras, ada sesuatu yang hendak terlontar. Entah bagaimana aku semakin
menggila, hingga pinggang Sarry terguncang-guncang hebat.

Dengan buah dada Sarry yang terayun-ayun disetiap desakan kemaluanku
pada “Miss Pussy”-nya, Sarry memekik dengan mata setengah terbuka.
Nafas kami semakin memburu. Dan akhirnya, Sarry memekik panjang
sambil memeluk pinggangku, hingga “Mr Happy” amblas sedalam-dalamnya.
Disertai muntahan “Lava” dari mulut “Mr Happy”-ku, kami mengejang
beberapa saat hingga akhirnya aku mendarat di atas tubuh Sarry yang
puting mungilnya masih mengeras.

Permainan kami sungguh pengalaman yang terindah buat kami berdua.
Sarry merasakan kepuasan yang belum pernah dirasakannya seumur
hidupnya bersamaku, setelah pemainan itu Sarry berkata kalau dia
tidak menyesali perbuatannya dan keperawanannya memang pasrah ingin
dia serahkan kepadaku. Tetapi akhirnya pengalaman itu hanya menjadi
kenangan bagi kami berdua. Sarry menikah dengan lelaki pilihan orang
tuanya di kotanya, sedangkan cintaku bersama Diah hilang karena
perbedaan pandangan hidup. Hingga kini aku masih sendiri. Ditelan
kesibukan dengan bisnis komputerku yang semakin lama semakin menyita
waktuku...

Permainan Games Seru Dan Menguntungkan Silahkan Klik langsung Di Bawah Ini : 

Bonus PromoNew Member 10%
 qqdomino

Bonus Referral Hingga 20%
 kiukiudomino

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Facebook

Advertising

Histats