CeritaDewasa 17+ : Cerita Gara-Gara Penunggu Pohon Tua - Di usianya yang baru 25 tahun, Susi sdh menjadi seorang Dokter. Telah menikah dgn Fendi, yang jg seorang Dokter. Usia Susi terpaut tiga tahun dari suaminya Pasangan ini belum dikaruniai anak, mereka baru menikah selama 2 tahun.
Dalam Cerita Gara-Gara Penunggu Pohon Tua
Pada suatu hari, susi mendapatkan kabar dari kerabatnya dari solo bahwa neneknya meninggal dunia, kabar itu membuatnya sedih, karena sang nenek lah yang merawat dan membesarkannya. Krn saat susi berumur 12 tahun kedua orang tuanya tewas saat kecelakaan mobil.
Keluarga Susi terbilang keluarga yang berada. krn tdk ada yang mewarisi kekayaan orang tuanya, jg harta yang ditinggalkan neneknya. Susi menjadi pewaris tunggal harta harta itu. Salah satunya adalah sebuah Villa yang berada di daerah wisata Tawangmangu.
Setelah pemakaman neneknya dan besilaturahmi dgn kerabatnya maka Susi pun berkunjung ke villa neneknya di daerah Tawangmangu itu.
Dihari yang telah di rencanakannya itu Susi bersama suaminya Fendi mengunjungi villanya itu. Villa yang besar itu, selama ini di jaga oleh Ranu. Usianya kira kira 55 tahun. Seorang laki laki penduduk sekitar yang telah cukup lama bekerja pada neneknya. Ranu jg di beri amanah utk mengurus villa dan perkebunan keluarga itu.
Hari itu, seperti yang direncanakan Susi dan suaminya akan bermalam disitu utk beberapa hari. Kebetulan mereka telah mengambil cuti. Pasangan ini pun selalu terkesan amat mesra dan romantis. Maklum mereka pasangan muda, yang belum lama menikah.
Sore hari itu, Susi dan suaminya di temani Ranu berkeliling, Villa besar itu. Di kebun belakang villa itu, dekat paviliun, tempat Ranu tinggal, mata Susi menangkap, image pohon besar, yang rindang. Dgn akar akarnya yang sebagian keluar dari dlm tanah. seperti tak terawat. Di sana ada taburan bunga bunga.
“pak Ranu, pohon apa ini, koq tampaknya ngga terawat” tanya Susi.
“oh, ini pohon sdh tua sekali, yah memang dari dulu sdh begitu, dari zaman eyang non Susi” jawab Ranu.
“wah, sepertinya merusak pemandangan, tebang saja pak Ranu” kata Susi lagi.
“oh JANGAN.. “jawab pak Ranu keras.
Susi terkejut mendengar jawaban pak Ranu. Suaminya jg menatap pak Ranu.
” maaf, maksud saya, eyang non pernah berpesan, pohon itu tdk boleh di tebang” jawab pak Ranu.
Susi diam saja, kemudian, berjalan kembali ke depan, bersama suaminya.
” mas, aku ngga suka sama pohon itu, bulu kudukku merinding, sepertinya ada sesuatu di situ” ujar Susi pada suaminya.
“Susi, Susi, makanya kalau nonton TV, jangan acara mistis yang di tonton, kamu itu seorang dokter, pakai logika dong” jawab suaminya enteng.
Susi menatap suaminya, matanya melotot.
Suaminya pun tersenyum, lalu melumat bibir Susi,
”ah, udeh deh..” kata Susi.
“yah sdh, kalau ngga suka yah kamu tebang saja, nanti..” kata Suaminya.
Udara sangat dingin, di kawasan itu, membuat mereka bercinta di malam itu. Di mulai dgn ciuman ciuman mesra dari suaminya, serta rabaan lembut di paha mulus Susi.
Baju tidur Susi, tanpa terasa, mulai tersingkap. Menampakkan kedua paha mulusnya, serta pangkal pahanya yang masih terbalut CD putih. Bukan hanya mata suaminya yang melihat, tanpa sepengetahuan mereka ada sepasang mata yang mengintip, sepasang mata milik Ranu.
Satu sentuhan jari Suaminya, di selangkangan Susi, membuatnya mendesah keras. Jari itu terus bermain di atas CD nya. Bercak bercak basahan mulai tampak di selangkangan CD Susi.
Dgn cepat Susi melepas baju tidurnya, menyodorkan toketnya yang bulat padat, dgn putting memerah, telah menonjol keras, ke mulut suaminya.
“mas, mau nete dong.. “kata Susi dgn nafsu. Mulut Suaminya, pun menyedot putting susunya.
“ohhh … mas.. Susi, nafsu banget mas.. nikmat…” erangnya.
Suara suara erotic Susi, membuat Ranu yang mendengar samar samar, membuatnya meraba raba selangkangannya sendiri.
Fendi, masih saja, menjilati dan menyedot toket istrinya, begitu jg jarinya yang masih terus, merangsang selangkangannya.
“mas, celana Susi, di buka aja..” pintanya.
Suaminya lalu melepas CD istrinya. Dan melihat memek, dgn bulu bulu, di atasnya. Bibir memek yang rapat, dan basah.
Suaminya sdh mengerti kebiasaan Susi. Setelah tubuh Susi, bugil total, Fendi, merenggangkan ke dua belah kakinya. Lalu, dgn lidahnya, dia menjilati memek istrinya, dgn lembut.
“mass, ooohhh.. Susi.. nikmat.. . mass…” erangnya.
Suaminya terus menjilati memek istrinya.
Jari jarinya jg tak tinggal diam, jari itu bergerak memasuki liang memek istri tercintanya maju dan mundur, bergetar lembut, membuat Susi, semakin mendesah desah, menuju puncak birahinya. Lidahnya bermain di klitorisnya, sedang jarinya terus mencolok colok liang memeknya yang semakin basah.
”ooohhh…. Mas, Susi udah ngga tahan … oohh” erang Susi, yang semakin mendekati fase orgasmenya.
Jilatan suaminya semakin liar, tubuh Susi pun bergetar, mengejang, satu erangan panjang, membawanya ke puncak kenikmatannya.
Saat, Susi terbaring lemas, Fendi membuka pakaiannya. K0ntolnya tampak sdh tegang. Tanpa perlu komando, Susi segera membelai belai k0ntol suaminya itu, menjilati ujung k0ntolnya yang tegang, membuat suaminya mengerang nikmat. Susi pun mengulum kepala k0ntol suaminya, dgn nafsu.
Kepala Susi, bergerak, maju mundur, dan k0ntol itu mendapat kenikmatan yang tinggi.
“aaahhh.. sayang… aaahhhhh…” erang suaminya. Permainan Susi yang begitu, hebat, membuat suaminya melepas benihnya di mulutnya.
Tak satu tetes yang lepas dari mulut Susi, semuanya tertelan habis.
Kini mereka berbaring bersama, Susi pun kembali menciumi suaminya. Mereka bercumbu kembali, sampai k0ntol Fendi, siap kembali utk permainan babak kedua.
Kembali Susi, membuka lebar kakinya, memperlihatkan memek indah miliknya. Suaminya sdh siap, dgn k0ntolnya yang telah menegang, tepat di depan pintu memek Susi. Perlahan k0ntol itu masuk membelah bibir memek Susi.
” aaahhhh tekan … terus mas oooohhhhhh” erang Susi.
Dorongan, demi dorongan, dari k0ntol suaminya, terus membawa kenikmatan bagi Susi Pantat indahnya ikut bergoyang, selaras dgn goyangan suaminya. K0ntol Fendi terus bergerak keluar masuk, di iringin desah desah erotis dari bibir indah Susi. Walau udara dingin, tp peluh tampak membasahi dahi Fendi.
” eemmmmhhhh, Susi aku ngga tahan lagi nih …” kata suaminya.
Goyangannya pun semakin liar, dan akhirnya tubuhnya ambruk, menindih tubuh istrinya. Dan memek Susi pun di siram benih benih cinta mereka.
Kedua insan itu pun lemas, mereka tertidur, berpelukan di bawah selimut tebal.
Pagi pagi sekali, Fendi telah terlihat, berjogging di sekeliling villa. Dan Susi, hanya melihat, pemadangan sekeliling villa itu, sambil berjalan pelan. Tiba tiba, matanya kembali menatap, pohon besar yang terlihat angker itu. Tiba tiba Susi meraih kempak, yang tergeletak bersama cangkul milik Ranu.
Sambil menenten kapak itu, Susi mendekati pohon itu. Saat itu terdengar teriakan Ranu
” jangannn nonnnn…. “. Terlambat, kampak itu telak membacok dahan pohon besar itu, kulit pohon itu terluka.
Susi terdiam, matanya menatap dahan itu mengeluarkan darah segar.
Ranu berlari menghapiri Susi
”kan sdh saya bilang pohon ini tak boleh di tebang” kata Ranu dgn nada tinggi.
“kenapa Rin, ada apa, koq bengong begitu” tanya Fendi.
“darah.. darah..daraaahhhh “jawab Susi dangan suara bergetar.
Fendi menghampiri pohon itu, melihat lebih jelas, jarinya mencolek darah itu, menciumnya
” Rin, ini cuma getah pohon.. kenapa kamu ?” kata Fendi.
” Lihat, masa harus aku bawa ke lab, utk membuktikannya, ini getah pohon, warnanya kecoklatan, lihat” kata Fendi sambil memperlihatkan jarinya yang berlumuran getah pohon itu.
Susi pun berjalan, menuju villanya, dia masuk kamar, duduk dgn tenang di pinggir ranjang.
“mas, aku merasa ada sesuatu, tentang pohon itu” ujar Susi.
“sdh sdh, tenang aja, ngga ada apa apa koq, hanya perasaan kamu saja..” kata suaminya berusaha menenangkan Susi.
Malam hari itu, setelah makan malam, pasangan suami istri itu, masuk ke kamar. Fendi, berbaring di samping Susi. Tangan Susi mengelus elus dada suaminya, tp sayangnya suaminya sepertinya tak mood malam itu.
“Sus, besok saja yah, aku ngantuk sekali” kata Fendi. Susi hanya tersenyum.
Sebentar saja, Fendi telah tiba di alam mimpinya. Sedang mata Susi masih terbelak lebar. Dia hanya diam, matanya menatap langit langit kamarnya.
Tiba tiba Keanehan terjadi, Susi merasakan adanya suara suara yang memanggilnya. Namun ia tdk melihat wujut suara itu. Dgn memanfaatkan indra, pendengarannya, Susi memberanikan diri, melangkahkan kakinya, mencari sumber bunyi itu.
Dia berjalan keluar kamar, suara itu semakin jelas, kakinya terus melangkah, ke arah belakang, suara semakin jelas, dan Susi tiba di pohon angker itu. Pohon itu tampak bersinar ke hijauan. Jelas terlihat Ranu duduk bersila di bawah pohon rindang itu,
Susi diam terpaku.
“Suusssii, ke mari mendekatlah” demikian suara magis itu memanggilnya.
Susi pun melangkah dgn gontai. Setelah tubuhnya mendekat pohon itu, Ranting pohon itu bergerak, melilit tangan dan kakinya. Susi tak bisa bergerak. Lilitan pohon sangat kuat
Ranu pun berdiri, dgn wajahnya yang memerah, dan menyeringai seram. Dia mengambil dahan dari pohon angker itu. Satu sabetan telak mendarat di perutnya. Susi menjerit kesakitan, sabetan itu terasa begitu panas dan menyakitkan.
“ampun.. tolong lepaskan…” erang Susi.
“aku sdh bilang, jangan gangu pohon ini, kenapa kamu masih nekat” suara Ranu terdengar lantang.
“maaf, ampun, saya tdk ganggu lagi, tolong lepaskan saya.. “pinta Susi.
Tp yang di dapat, satu sabetan dahan pohon itu lagi, kali ini punggungnya terasa panas.
“sakit… ampunn….” jerit Susi.
Ranu menyeringai sadis, tanganya meraik gaun tidur Susi, merobeknya hingga lepas dari tubuhnya. Mata Ranu liar menatap toket Susi yang indah itu. Bekas luka sabetan dahan itu pun jelas terlihat, memanjang di perutnya. Lidah Ranu menjulur, menjilat bekas luka itu, Susi kembali menjerit jerit
” perih.. ampun… perih….” erangnya.
Ranu pun, menjilati luka di punggung Susi, membuat Susi mengeluarkan air mata, krn rasa pedih. Luka itu bagai terkena tetesan jeruk nipis. Ranu benar benar menyiksa Susi. Tubuh Susi terasa lemas, krn menangggung beban pedih itu.
Puas dgn siksaannya, Ranu membiarkan tubuh Lemah Susi, yang berdiri, terikat ranting pohon angker itu. Tiba tiba, lidah Ranu menjilati putting susu Susi. Seketika itu jg, birahi Susi menjadi tinggi. Susi mendesah kenikmatan. Lumatan mulut Ranu pada toket Susi semakin membuatnya bernafsu. Selangkangan Susi mulai terasa lembab.
Tangan Ranu, perlahan menurunkan CDnya. Dan tiba tiba, jari Ranu menyentuh memeknya, Ranu tersenyum, merasakan basah memek Susi. Dan tubuh Susi bagai terkena sengatan listrik, tubuhnya bergetar, kenikmatan.
“Susi.. Susi.. kamu suka … kamu suka Susi..” ujar Ranu.
Yang hanya bisa di jawab oleh desahan desahan Susi.
Jari Ranu pun menerobos masuk liang memek Susi, membuat Susi menjerit. Mulut Ranu melumat toket indah milik Susi, sedang jarinya bermain dgn liar, di dlm liang memeknya. Tubuh Susi tak mampu menahan nikmat yang di berikan Ranu.
Sebentar saja, Ranu telah membawa Susi ke puncak birahinya.
Tubuh Susi mengejang, kemudian dia lemas. Tubuhnya akan ambruk, tp dahan pohon itu menahan tubuhnya erat.
Ranu pun melepas celananya, memperlihatkan k0ntolnya yang hitam, besar dan panjang.
Ingin Daftar Permainan Games Judi Online Silahkan Saja Klik Dibawah Ini :
“apa, apa yang, kau kau lakukan…” kata Susi terbata bata. Ranu tersenyum sinis, Tubuhnya mendekat, sebelah kaki Susi dgn mudah di angkatnya, dan dgn sekali hentak, k0ntol besarnya telah masuk ke dlm tubuhnya. Susi menjerit keras.
“Sakkitttt” jeritnya.
Ranu hanya tersenyum, senyum kenikmatan. K0ntol itu bergerak ke luar masuk dgn liar, membuat tubuh Susi terguncang keras. Susi menjerit kesakitan, memeknya tak terbiasa dgn k0ntol besar itu.
Tp Ranu terlihat jelas, sangat menikmati tubuh Susi. Dia terus mengoyangkan k0ntolnya. Susi merasakan adanya perubahan, rasa sakitnya hilang, sepertinya memeknya tiba tiba merasakan nikmat k0ntol Ranu. Susi mengigit bibirnya, rasa nikmat itu dgn cepat menyerang tubuhnya.
Susi tak kuasa, dia mengerang, kenikmatan, seakan akan memberitahukan Ranu, dia menikmati permainan ini. Tubuhnya bergoyang, kepalanya bergerak ke kiri dan kekanan. Ranu terus mengoyang k0ntolnya. “ahhh … ahhh.. aku tak tahan… aku tak tahan…” tiba tiba Susi mengerang. Dan tubuhnya kembali mengejang, mengejet.
Susi orgasme, dan terus Ranu memacu k0ntolnya di dlm liang memek Susi. Ranu mendengus dengus, menikmati memek Susi. Tak lama Susi pun kembali mendapat orgasme, yang kemudian di susul oleh Ranu. Susi bisa merasakan jelas, panasnya cairan birahi Ranu, memasuki rahimnya.
Ranu yang telah puas melepaskan tubuh Susi. Dia tersenyum, Tangannya telah kembali memegang dahan yang tadi di gunakan utk menyabet tubuhnya. “jangan, tolong jangan pukul” ibanya. Ranu tersenyum, tangannya mengusap usap dahan pohon itu, tiba tiba saja, dahan pohon itu membesar.
Lebih besar dari k0ntol Ranu.
“kamu bersalah, kamu mesti merasakan hukuman ini” hardik Ranu.
Ranu kembali mengangkat sebelah kaki Susi. Dahan pohon yang besar itu di sodok keras ke memeknya. Susi menjerit keras, Memeknya terluka, berdarah. Susi menjerit kesakitan.
“AHHHH…. SAKITTTT ….”.
Susi terjaga, tubuhnya berkeringat, suaminya pun menenangkannya.
Paginya diam diam, dia menganalisa kejadian semalam, semuanya tampak nyata, tp dia bermimpi. Tdk ada bekas luka di perut, atau punggungnya. Yang ada jelas, sisa sisa sprema yang membasahi memeknya. Susi jelas bisa membedakan antara sperma dan cairan memeknya. Dia benar benar binggung dgn fenomena ini.
” mas, saya pikir lebih baik menjual villa ini” kata Susi, yang mebuat suaminya mengenyitkan dahinya. “jual, kamu gak salah, villa ini peninggalan eyang kamu, masa sih mau di jual?” suaminya bertanya dgn binggung.
” yah, aku serius, bisa bantu aku pasarin villa ini” kata Susi lagi.
“yah bisa saja sih, tp apa kamu yakin mau menjualnya?” tanya suaminya lagi. “yah” jawab Susi singkat
” silakan bu, pak, di minum selagi hangat” kata Ranu yang membawakan dua cangkir tah hangat.
Mata Ranu, menatap Susi. Tatapannya itu membuat Susi, tampak tegang, ada sesuatu kekuatan kasat mata, dlm tatapannya.
HP Fendi berbunyi, rupa kabar dari rumah sakit tempatnya bekerja. Rupanya ada pasien gawat yang harus segera ditangani Fendi. Padahal Fendi masih berkeinginan utk tinggal di sana bersama Susi 3-4 hari lagi.
Suaminya menanyakan pada Susi, mau ikut, atau masih mau di sini. Susi memutuskan utk tetap di villa itu. Akhirnya Fendi berangkat ke Semarang sendirian. Fendi pun berpesan pada Susi utk hati hati dan minta Ranu menjaga Susi. Ranu pun dgn senang hati menerima pesan Fendi itu.
Setelah Fendi berangkat pagi itu, Susi pun minta pak Ranu menemaninya meninjau perkebunan milik neneknya. Susi memberanikan diri, toh dia berpikir, ini siang hari, jadi lebih aman. Ranu yang selama ini di beri tugas mengawasi perkebunan itu bersedia mengantar Susi, dgn menaiki bukit yang dipenuhi batang batang kayu yang rindang itu. Selama perjalanan Ranu bertindak sangat sopan dgn Susi.
Mereka berbicara santai, dan anehnya Susi merasa tenang di samping Ranu. Dan Susi mulai merasa suka dgn sikap Ranu, yang jika dilihat dari umurnya, pantas menjadi ayahnya.
Merekapun kembali pulang ke villa dgn menuruni bukit bukit itu. Namun krn kurang hati hati, Susi terpeleset di jalan yang berumputan yang licin krn embun. Dgn sigap, Ranu refleks menangkap tubuh Susi yang hampir bergulingan ke bawah. Tubuh ramping dan berisi itu,jatuh kedalam pelukannya.
Selanjutnya krn takut terpeleset lagi Susi pun minta Ranu utk membimbing tangannya dgn memegangnya selama penurunan. Kembali Ranu merasakan kehalusan dan kehangatan tangan dokter cantik itu dgn bebas.
Malam harinya, Ranu masuk kedalam ruang utama villa itu. Ia menemukan Susi yang sedang menerima telpon dari suaminya. Mata Ranu menatap tubuh Susi, yang terlihat sexy, dgn gaun tidur pink, agak tipis. Setelah pembicaraannya selesai,
Susi bertanya pada Ranu
“ada apa pak Ranu”.
“oh engak bu, hanya mengecek, sepertinya kemarin ada bola lampu yang putus” jawab Ranu.
Setelah selesai Ranu mengecek, lampu lampu di ruang utama itu, Ranu pamitan. Tp Susi memanggilnya. Pak Ranu menghentikan langkahnya. Dan berbalik
” ada apa bu..”.
“ah, engak cuma mau tanya sedikit” kata Susi, sambil duduk di kursi, antik yang terbuat dari kayu jati.
Mata Ranu menatap, paha putih Susi, yang agak terbuka, krn gaun tidur itu terangkat sedikit. Tp Susi segera mengantipasi, dia mengambil bantal, sandaran kursi, dan menutup pahanya.
” pak Ranu, saya merasakan ada misteri di balik pohon tua itu, apa pak Ranu menyadarinya?” tanya Susi. “eh, anu, kalau soal itu saya kurang tahu bu, yang saya tahu, eyang bu Susi, wanti wanti pesan sama saya apapun yang terjadi, pohon itu tak boleh di ganggu” pak Ranu menjawab pertanyaan Susi panjang lebar.
Susi pun mendengar keterangan Ranu dgn seksama, Susi jg bertanya tentang mimpi anehnya. Susi bercerita secara detail, membuat Ranu terperangah.
“Maksud ibu, saya memperkosa ibu dgn batuan pohon angker itu?” tanya Ranu.
” yah, dlm mimpi itu, tp mimpi itu begitu nyata” jawab Susi. Ranu menghela nafas,” saya rasa itu cuma bunga tidur bu..” ujar Ranu.
“tdk Ranu, otak saya masih mampu berpikir, realistis, ini mimpi yang benar benar aneh” kata Susi.
Ranu diam sesaat, dia menatap Susi, akhirnya dia membuka suara, Ranu mengakui bahwa di villa ini memang ada penunggunya,namun krn telah sering dan lama tinggal di situ ia pun tdk terganggu lagi.
Mereka terus berbincang bincang, sampai agak larut, akhirnya Susi minta diri utk istirahat krn badannya agak lelah dan mulai ngantuk. Lalu Susi masuk kekamarnya. Ia lalu menyelimuti tubuhnya yang terbaring dgn selimut tebal yang ada dikamar itu.
Beberapa saat kemudian ia tertidur. Namun tdk lama kemudian serasa bermimpi ia melihat pintu jendela kamarnya terkuak dan dahan dahan pohon angker itu merayap cepat, berusaha mendekati ranjangnya dan akan mencekiknya. Susi terbangun dan berteriak teriak minta tolong.
Susi meloncat dari ranjangnya. dan tiba tiba terbangun dari mimpinya, namun ia tak melihat dahan dahan pohon angker itu dan tdk meninggalkan jejak sama sekali. Jendela kamarnya pun tetap tertutup rapi. Mimpi buruk itu semakin membuatnya takut.
Susi yang masih di hinggapi perasaan takut lalu keluar dari kamarnya. Ia berlari dan membuka pintu rumah. Susi langsung berlari ke belakang, mengetuk pintu kamar Ranu. Susi tak berani melihat ke arah pohon angker itu. Begitu daun pintu terbuka,Susi langsung menghambur ke tubuh Ranu dan memeluknya.
Dgn sangat takut ia menangis dan menceritakan apa yang baru saja di alaminya. Ranu dgn bebas lalu membelai rambut Susi. mendudukkan Susi di kursi yang ada di dlm kamarnya. Malam itu Susi tak berani pindah ke dlm kamarnya di rumah villa itu. Susi merasa lebih aman di kamar tidur Ranu.
Seiring malam yang merangkak, Susi kini telah pindah posisi, tdk lagi duduk di kursi, tp duduk tepat di sebelah Ranu di pingir ranjang. Sambil terus membelai rambut sebahu Susi, Ranu pun mulai berani berbuat lebih. Entah krn udara dan suasana yang dingin atau kesepian Susi yang datang tiba tiba. Ranu tiba tiba saja telah mengulum bibir Susi.
Tanpa menolak, Susi membalas ciuman Ranu, Mata Susi memejam, lidah Susi dgn nakal bermain lincah di dlm mulut Ranu. Tentu saja semuanya di layani Ranu dgn nafsu. Seperti ada yang merasuki tubuhnya, tangan Susi meraba raba selangkangan Ranu, mencari cari k0ntol besarnya, tanpa rasa ragu ataupun malu.
Satu tatapan, tajam bola mata Ranu, memerintahkan Susi berbuat lebih. Sambil berjongkok, melebarkan kakinya, Susi mengulum k0ntol Ranu. yang telah ereksi keras.
Mata Ranu liar, menatap selangkangan Susi yang masih terbungkus CD pinknya. Susi tak memperdulikannya, yang jelas, Susi sangat menikmati, mengulum batang k0ntol Ranu.
Ranu pun mengerang, menikmati sedotan, dan jilatan nafsu Susi. Tanpa merasa lelah, kepala Susi bergerak maju mundur, memberi Ranu kenikmatan. Usaha Susi tak sia sia, Semburan sperma Ranu, memenuhi mulutnya, Semua Spermanya, di telan habis oleh Susi, seperti tanah tandus, yang membutuhkan siraman air, di musim kemarau.
Ranu tersenyum puas, Dia mengangkat, tubuh Susi, melepas baju tidurnya. Dan menatap toket bulat padat Susi. Kedua tangan Ranu, meremas toket Susi, membuat dia mengerang. Dan jilatan lidah Ranu, di putting susunya membuat birahi Susi semakin meninggi.
Tubuh Susi di baringkan, Ranu pun melepas CD pink Susi. Sambil memegang CD pink itu, Ranu melihat selangkangan CD pink itu.
“hem, anak muda zaman sekarang, baru di jilat sedikit udah basah..” seloroh Ranu.
Muka Susi memerah, dia malu, tp birahinya mengalahkan semua rasa malunya.
Jari telunjuk Ranu bergerak masuk ke liang basah memek Susi, rasa tersengat aliran listrik di alami secara nyata oleh Susi. Jari itu bergerak, menyodok nyodok liang memeknya. Susi mengerang ngerang, kenikmatan. Jari Ranu seperti mempunyai kekuatan magis, sebentar saja, tubuh Susi mengejang di buatnya.
Susi mendapat orgasmenya, di sertai jeritan nikmat Susi. Ranu tersenyum puas, melihat tubuh Susi, mengejang, dgn nafas tersengal sengal. Sekarang k0ntol Ranu telah berhadapan dgn memek Susi. Ujung k0ntol itu telah menyentuh bibir memek Susi. Ranu menghentak, jerit Susi terdengar keras.
K0ntol itu bergerak cepat, keluar masuk liang memek Susi. Kedua tangan Susi mencengkram erat bahu Ranu, seakan tak mau melepaskan tubuh Ranu, yang tengah menyetubuhinya. Susi terus mengerang kenikmatan, dan Susi pun kembali mendapat orgasme. Ranu tampak masih belum apa apa, K0ntol besarnya masih terus bergerak cepat, menghentak liang memek Susi.
Semua bagian tubuh Susi, seakan menjadi begitu sensitif, Bibir memeknya seakan menebal, klitorisnya membesar, krn nafsu birahinya. Didalam kamar Ranu itu, entah berapa kali Susi mendaki puncak orgasme yang dihantarkan Pak Ranu. Ia seakan kewalahan mengalahkan gairah laki laki tua itu.
Saat saat, dimana Susi sdh sangat lemas, Ranu pun melepaskan seluruh cairan birahinya. Liang memek Susi, terasa hangat, oleh sperma Ranu. Saat sebelum Ranu mencabut batang k0ntolnya, Ranu masih merasakan denyut denyut dinding memek Susi, meremas batang k0ntolnya.
Malam itu Susi, terlelap dlm pelukan seorang Ranu. Tdk ada mimpi seram. Hanya kenikmatan sexual yang mengairahkan Susi.
Selama beberapa hari kemudian menjelang di jemput suaminya Susi selalu ditemani Ranu. Susi pun akhirnya berani tidur dikamarnya itu krn ada yang menemaninya yaitu Ranu. Selama Ranu menemaninya, Susi selalu di hibur Ranu dgn kemesraan dan menghantarkannya ke puncak hubungan pria dan wanita seutuhnya. Ranu pun dgn bebas telah menumpahkan cairan birahinya di dlm rahim Susi.
Susi mengurungkan, niat utk menjual villa warisan itu.
“nah, aku jg bilang apa, masa villa warisan di jual” ujar suaminya, saat akan menjemput istrinya.
“iyah, mas pikir pikir sayang jg, biarlah Pak Ranu yang bantu urus villa ini” kata Susi.
“Iyah bu Susi, saya selalu akan menjaga villa ini” kata Ranu.
“lagian kalau week end kita bisa main ke sini mas” kata Susi lagi. Fendi hanya tersenyum
” iyah, ayo sdh mau berangkat belum..” tanya suaminya.
“sdh mas, tunggu sebentar yah, aku mau ambil koper dulu, ada satu ketinggalan. , mas tunggu di sini yah” kata Susi. Suaminya mengangguk.
“ayo pak Ranu, bantu saya” kata Susi.
Ranu mengikuti Susi yang masuk ke dlm Villa. Dan terus masuk ke kamar. Ada sebuah koper besar merah di sana. Susi duduk di atas koper itu, sambil tersenyum genit, Susi melebarkan kakinya. Memperlihatkan CD hitamnya pada Ranu.
Tangan Susi menyibak CDnya,
“Ranu, tolong beri aku kenikmatan, sebelum aku pulang” pintanya.
Ranu tersenyum, dia jongkok, menjilati memek Susi. Susi mengigit bibirnya. Setelah memek itu di buat basah oleh Ranu, dgn jari telunjuknya, Bergerak menyodok nyodok liang memeknya, Susi di buat orgasme.
“Terima kasih Ranu, minggu depan aku akan kemari” ujar Susi.
Ranu pun tersenyum, dan mengangkat koper besar itu membawanya, dan meletakkan di bagasi mobil mereka. Pasangan suami istri segera melaju pulang.
Susi menyadari telah berbuat curang pada Fendi. Tp, belum pernah dia bermain sex, sedasyat ini. Susi selalu ingin mengulangi lagi, persetubuhan dgn Ranu. Susi selalu merindukan ke hangatan Ranu.
Silahkan Klik langsung Di Bawah Ini :
Bonus PromoNew Member 10%
Bonus Referral Hingga 20%
Demikianlah Untuk Artikel Yang Saya Buat Dalam Cerita Gara-Gara Penunggu Pohon Tua Semoga Anda Terhibur