CeritaDewasa 17+ : Cerita Istimewa Nikmatnya Teman Pacar - Sejak berpacaran dengan lina, Mahasiswi fakultas Hukum Universitas terkemuka di Bandung, Yang berbeda dua dengannya, Andi mulai bergaul dengan teman-teman Lina. Aktifitas lina membawanya sering berkumpul dengan anak-anak Hukum yang seperti teman-teman baru bagi andi.
Dalam Cerita Istimewa Nikmatnya Teman Pacar
Kenyataan ia satu-satunya anak ekonomi saat berkumpul dengan teman-teman lina membuatnya mudah dikenali. Dari sering berkumpul ini pula ia mulai kenal satu persatu anak Hukum. Sikapnya yang mudah bergaul membuat ia juga diterima dengan tangan terbuka oleh komunitas anak-anak Hukum.
Sebagai anak Ekonomi dan punya pengalaman organisasi lebih banyak dibandinga teman-teman Lina, membuatnya sering memberikan wawasan baru bagi anak-anak Hukum angkatan Lina. Disini juga ia menjadi kenal Lira, Yang sama seperti teman lina yang lain, sekedar kenal dengannya. Lira sering ikut datang karena statusnya sebagai pacar Boy, salah satu pentolan angkatan Lina
perkenalan lebih terjadi saat lina meminta andi mengantarnya ke kost Lira karena perlu meminjam bahan kuliah. Saat itu pun andi belum sadar Lira itu siapa, dan baru paham setelah disebutkan pacar nya Boy. Meminjam buku menjadi waktu bertamu yang lebih lama setelah anda dan lira ternyata punya selera musik yang sama. Obrolan itu masih dalam batas koridir pertemanan, Hanya bedanya setelah itu, Andi jadi lebih ingat siapa Lira, Paling tidak namanya Lira sendiri sebetulnya bukan teman akrab Lina. Bisa dikatakan beda gank, tapi hubungan mereka baik.
sering bertemu Lira. Namun, sekali lagi ini sebatas karena mereka punya selera musik yang sama. Paling tidak, saat menunggu Lina berurusan dengan orang lain, terutama dilingkunan Lina pun meresa beruntung Andi mengenal Lira karena ia jedi lebih santai mengerjakan sesuatu di kampus terutama jika ia minta andi menunggunya.
Sampai tiba masa-masa sibuk di organisasi mahasiswa Hukum yaitu pemilihan ketua badab eksekutif kepada andi, pada suatu hari lina tidak minta ditunggu lagi oleh pacarnya itu, Tapi ia minta dijemput lagi pukul empat sore, dua jam setelah rapat dimulai. Andi pun memutuskan untuk menunggu di kost-an salah satu teman yang kost didekat kampus.
Sayang, saat tiba di kost-kostan tersebut temannya sedang keluar. tak habis akal ia menuju kost-an temannya yang lain. Namun, jalan ke kost-an teman nya itu melewati kost-an Lira. Dari jalan, yang hanya berjarak sekitar 15meter dari sederetan kamar kost tersebut. Ia melihat Lira keluar dari kamarnya hendak menjemur handuk. Andi melambatkan motornya dan berharap Lira melihatnya. Dan, Harapannya terkabul. Ia Akhirnya memutuskan main di kost Lira sembari menunggu Lina selesai rapat.
"Lina lagi rapat ya?"
Lira membuka pembicaraan sambil sibuk menata rambutnya yang basah. Ia mempersilahkan Andi duduk di atas karpet karena di kamarnya memang tidak ada kursi.
Semua perabot terletak di bawah termasuk sebidang meja kecil tempat Lira belajar
"Iya. Loe kok ngga ikut Lir?"
"Males. Gua tau pasti lama. Lagian sekarang kan yang rapat pentolan aja."
"Boy di sana juga?"
"Iyalah, dia kan proyeknya. Masa' dia ngga datang. Ini juga gue lagi ungguin dia. Janjian Ntar gue jemput jam enam. mau nonton."
Andi baru sadar kalau ini adalah malam minggu dan ia belum punya rencara. Dari tadi pandangannya tidak lepas dari rambut ikal sebahu Lira yang basah
habis mandi. Ia hanya bisa familiar baginya merebak dari rambut Lira yang masih basah.
"Shampo loe shampo bayi ya, Deedee kan, rasa stawbery?"
"Hahaha, kecium ya, kok tau sich?
"Yah elo Lir, gue kan juga pake Deedee. Cemen yah?"
"Buset, orang kayak loe shamponya Deedee? Lina Yang mau apa emang elo yang suka?"
"Gue udah pake shampo itu sejak SMA,"
"Hihihi..., geli gue, lucu aja, liat loe shamponya Deedee," ledek Lira sambil tertawa geli.
Keduanya terdiam sesaat. Sampai tawa Lira berderai lagi.
"Kok sama lagi sih. kita emang udah jodoh ketemu kali nih. Jodoh jadi temen gitu maksud gue."
Lira berusaha meuruskan kalimatnya karena sadar perkataannya bisa diartikan berbeda.
Keduanya memang saling nyambung awalnya karena punya selera musik yang sama.
"Mungkin kali ya..., loe bocor sih," sahut Andi terkekeh.
Obrolan punterus berlanjut mengalir seperti sungai. Lira yang cerewet selalu punya bahan pembicaraan menarik demikian pula dengan andi. Uniknya obrolan tersebut selalu nyambung. Di tengah ngobrol andi sekali-sekali melirik dua tonjolan di dada Lira yang luar biasa ranum. Soal cewe, selera andi memang yang memiliki dada besar. Ia sudah bersyukur punya Lina yang berdada lumayan berisi, namun melihat Lira, rasanya rugi kalau diabaika, membuat darahnya berdesir kencang.
Saat melihat dari jalan tadi, Andi menemukan Lita hanya memakai kimono mandi dan sedang menjemur handuk. Ia sempat dipinta menunggu cukup lama oleh Lira karena harus berpakaian dulu. Harapannya, Lira keluar dengan pakaian lebih tertutup, tapi yang didapati adalah Lira hanya memakai tank top putih yang memamerkan ceplakan Bra nya dengan jelas hingga renda-renda di dalamnya berikut celana pendek yang membuat 3/4 pahanya terbuka.
"Eh, Lir, gue mo nanya nih..."
"Apaan?"
"Tapi jawab jujur ya..?
"Apaan dulu???
"Ya ini gue mo nanya?."
"Oke, jujur..."
"Anak-anak Hukum sebetulnya risih ngga sig gue sering ngumpul barena mereka."
"Angkatan gue???
"Iya."
"Ya ngga sama sekali. Yang suka sama loe banyak kok."
"Bener loe? Kalo cowo-cowonya gimana?"
"Ngga juga. Kenapa sih? Ya kalo ada paling yang dulu naksir Lina tapi keserobot elo?hahahaaa..."
"Sialan loe?, serius nih gue."
"Gue juga serius. Bener kok, percaya deh sama gue."
"Mereka, terutama yang cewe, malah yang gue tau pada keki sama lina."
"Keki kenapa? emang salah gue apa?"
"Maksudnya keki soalnya lina dapat cowo kayak elo."
"Emang gue kenapa?"
"Ya? loe kan sabar banget tuh mau nungguin lina, terus gabung sama kit-kita, maen bareng?"
"Gitu ya..?"
"Iya pak andi, Nih ya, gue kasih bandingan: cowo gue yang dulu, itu sama sekali ngga mau gabung. Sebates nganterin gue aja. Sombong banget, kayak ngeliat
apaan gitu kalo kita ngumpul. Ngga tau, pembawaan anak teknik kali ya, berasa pinter sedunia."
Lira nyerocos tapi dari sorot matanya terlihat ia sangat serius.
"Dulu gue tuh sering nahan hati soalnya cowo gue itu dimongin terus temen-temen gue.
Sombong lah, belagu lah. Ya mereka sih ngmgnya baik-baik, minta gue ajak dia bergabung.
tapi cowo gue ngga mau gimana. jadi serba salah kan?"
"Anak ternik? Dani maksud loe?"
"Betul pak! Dani. Mungkin juga karena ketauan kali ya? Tapi ngga tau ah! Nah, ketika loe masuk dan mau mencoba berbaur. Temen-temen gue, ngga cewe ngga
cowo, jelas seneng. Apalagi loe bisa nyambung. Yang cowo respek sama loe, yang cewe,.... hihihi demen."
Lira sengaja hanya sampai kata itu. Sebetulnya ia ingin bilang ke andi bahwa anak-anak, cewe-cewe tentunya, banyak yang naksir andi.
"Demen apaan?" Andi berusaha memaksa Lira memperjelas omonganya sambil tergelak.
"Ya demen.. ih, loe GR ya?" kata lira sambil menunjuk andi.
"GR apaan? kan gue cuman minta diperjelas."
"Nih ya, ada satu temen gue yang bilang berharap banget loe putus sama lina. katanya, gue mau deh, biar bekas temen juga..tuh.."
"Yang bener loe? Siapa?"
"Ngga usah gue kasih tau. Kalo perasaan loe peka, loe pasti tau deh! Eh, bener tuh, dalam hati loe pasti seneng juga kan disenengin cewe-cewe...hahaha.."
"Sialan loe!" balas andi sambil terkekeh.
Tanpa sadar, Andi mendorong paha kiri lina. Sejak perkenalan pertama mereka saat ngumpul bersama teman-teman yang lain sepuluhan bulan yang lalu. Baru kali ini mereka benar-benar saling bersentuhan secara fisik. Meski sebuah sentuhan tanpa maksud apa-apa, tak kurang Lira tertegun sejenak. Syarat sensorik di pahanya seperti mengalirkan sesuatu yang menbuatnya berdesir. hampir tidak ada yang tahu, bagian yang didorong dan disentuh andi justru bagian paling sensitif pada Lira, bagian yang mampu mengalirkan perasaan erotik dalam diri cewe berumur 20 tahun itu.
Lira berusaha tidak memandang mata andi, tapi ia tak kuasa menanhannya. Rangkaian kejadian yang hanya berlangsung sekitar satu detik itu seperti membuat tubuhnya mengalirkan darah demikian cepat.
"Eh, Lir, Sorry ya kalo terlalu keras. Ngga sakita kan?"
Kali ini lira malah berharap andi kembali menyentuhnya. Desiran akibat sentuhan tak sengaja tadi benar-benar membuatnya mereasakan sensasi yang selami ini belum pernah ia rasakan. Tapi, ia berusaha mengendalikan diri. Pahanya yang merinding tersentuh tangan andi berusaha ia tutupi.
"Ngga kok Ndi, ngga pap, cuma kaget."
"Aduh,gue jadi ngga enak. Bukan maksud gue mau lancang ke loe kok, Lir reflek aja."
"Iya gue tau," Lira berusaha menahan agar mulutnya tidak mengatakan bahwa bagian yang andi sentuh adalah daerah paling sensitif dari tubuhnya.
Andi benar-benar jadi tidak enak dan salah tingkah. Lira bukan tidak menyadari hal tersebut. Ia kini paham, Andi memang bukan tipe cowo yang suka merayu perempuan, bukan cowo yang suka pegang-pegang perempuan sembarangan. Memang tidak salah teman-teman di kampusnya banyak yang suka pada andi. Sikapnya gentelman banget, sama sekali tidak terlihat dibuat-buat. Dan, kenyataan nya andi memang benar-benar menyesal telag berlaku kasar, menurut ukurannya, kepada seorang perempuan. Ia adalah laki-laki yang paling tidak bisa berbuat kasar pada perempuan.
"Gue juga termasuk yang dongkol sama lina, kenapa gue justru nyambung sama cowo-nya...hahahaa," Lira berusaha mencairkan suasana dengan melontarkan joke yang sejujurnya ngga lucu.
Andi puntertawa meski masih agak dipaksa. Ia bena-benar merasa bersalah karena tanpa terkontrol menyentuh paha Lira terlalu dalam. Maksudnya hanya pengakuan 'kekealahan' karena didesak soal banyak perempuan yang menyenanginya. sejujurnya ia juga suka Lira karena ia anggep perempuan yang suka bicara tanpa basa basi, apalagi dengan orang yang ia rasa bisa membuatnya nyaman. Sikapnya itu membuat Andi merasa lebih dekat dengannya, meski dengan dasar suka sebagian teman.
Dari sisi laki-laki, Andi juga terkesiap dengan sentuhannya itu. Ia jadi menyadari Lira memiliki tubuh yang kencang dengan kulit yang halus. Benar-benar membuat kelaki-lakiannya bangkit. ingin rasanya berbuat lebih dari itu. Tapi ia tidak tahu harus bagaimana. Ia juga sadar, situasi seperti ini sudah cukup sebagai tanda bahaya bagi dua insan berlainan jenis yang berada dalam satu ruangan. Hanya ia juga tak kuasa dan tak mengerti bagaimana mengehentikan. Langsung pergi, jelas akan membuat Lira marah, ia bisa menangkap bahwa Lira tidak menginginkan itu.
Masih diliputi perasaan tak menentu dan membuatnya tertegun seperti patung, Andi terkejut ketika Lira sudah menjulurkan tangan dan meraih tangannya. Tapak tangannya digenggam kedua tangan Lira dan diarahkan ke bibirnya. Dalam keadaan terbuka, Lira menciumi perlahan-lahan permukaan telapak tangan kanannya. Andi benar-benar tegang bercampur kaget. Ia tahu itu sudah lebih dari sekedar pertanda Lira menginginkan sesuatu, lebih dari sekedar sentuhan tanpa sengaja. Lira pun bukan tanpa maksud seperti itu. Ia sadar antara dirinya dan andi baru benar-benar kenal beberapa bulan belakangan. Tapi, akal sehatnya tak kuasa menahan keinginannya untuk disentuh lebih dalam oleh andi.
Andi benar-benar bimbang. Ia tahu, Lira sudah membuka gerbang dan kini dialah yang harus memainkan bola. Semua ada di tangannya. Di antara bimbang untuk meneruskan, yang artinya ia dan Lira sudah melanggar komitmen pada pasangan masing-masing, atau menghentikan, yang artinya ia bisa kehilangan kesempatan merasakan sesuatu yang selama ini sering membuat badannya bergetar dan hanya ia lampiaskan pada lina, tangannya seperti bergerak sendiri membelai pipi kiri Lira. Jantung andi berdegup kencang, bukan lagi takut Lira akan menolak, tapi sadar ia telah membuat sebuah pilihan resiko tapi sangat menyenangkan.
Lira tersenyum. Merasakan belaian lembut jemari andi di pipinya. Andi pun bergerak menyisir leher dan tengkuk Lira. Sampai di panggung, tangan kirinya ikut merangkul Lira dan seketika keduanya sudah berpelukan. Lira membenamkan seluruh tubuhnya ke andi. pelukannya bahkan lebih kuat dari andi dan pantatnya ia geser mendekat. keduanya masih duduk dilantai beralaskan sebuah karpet tebal berwarna merah. Andi mengangkat wajah Lira perlahan, Ia bisa melihat Lira tersenyum bahagia merasakan kehangatan tersebut. Andi sadar, ia melakukannya bukan untuk mengejar perasaan Lira, Tapi lebih pada nafsu. Nalurinya sebagai laki-laki berkata bahwa ini adalah kesempaan nikmatnya tubuh seksi Lira yang selama ini sudah ia kagumi.
Dalam hati ia terus membatin untuk tidak tanggung-tanggung dan ragu. Ia bertekad menunjuka pada Lira bahwa ia memang laki-laki sejati. Sambil mulai daun telinga Lira, Andi berusaha membisikan kata-kata rayuan ke telinga Lira. Glek! Mulutnya justru seperti terkunci. Semuanya sangat sulit untuk dikatakan. Balasan Lira hanya sebuah erangan manja berikut usapan halus disekujur punggung andi. Tanpa ragu ia mendekatkan bibinya yang merekah menyentuh bibir andi. Halus, lembut dan perlahan penuh perasaan, keduanya saling mengulum bibir lawannya. Berpagutan dan saling bertukar lidah membuat suasna semakin hangat.
"Ndi...," Lira berusaha mengontrol dirinya. Ia ingin terus merasakan belaian laki-laki yang dikaguminya itu.
Andi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. ia paham ini adalah titik kebimbangan Lira. Memaksa Lira menyelesaikan apa yang ingin dikatakanya sama saja berpeluang menghentikan semuanya. ia terus mencium Lira penuh kehangatan. Tangannya mulai menggerayangi sisi kiri tubuh Lira dan berbalik ke ata menuju sebuah bongkah daging keinginan setiap laki-laki. Ia mulai dengan meraba permukaannya halus dan meremasnya pelan. Persis seperti yang ia lakukan pada lina, Sahabatnya, Beberapa tahun silam. perbuatan berdasarkan naluri yang membuat ia dan Lina hampir mengakhiri persahabatan erat yang mereka bangun sejak masuk kuliah, runtuh hanya bersisa nafsu.
Andi seperti merasakan kembali sensasi itu. Sensasi bercumbu dengan perempuan yang rela menyerahkan tubuhnya secara total pada dirinya. Sesuatu yang justru tidak ia rasakan saat melakukannya pertama kali dengan Lina. Status berpacaran membuat mereka mudah melakukan apapun seperti ciuman, pelukan, bahkan rabaa, Andai dulu ia mengabaikan pertanyaan lina apakah mereka benar melakukan hal tersebut, ia dan lina saat ini pasti sudah tak ubahnya dua insan yang saling mengejar nafsu. Tidak ada lagi keindahan persahabatan dan keagungan sebuah kedekatan yang tidak dilandasi nafsu, murni sebuah kisah sayang dua manusia yang saling membutuhkan.
Tapi dulu tindakannya tepat. Karena, ia dan Lina lebih membutuhkan tanpa berlandasan nafsu birahi. Walaupun akhirnya ia dan Lina menghentikan semunya sebelum keduanya bersatu dalam sebuah persetubuhan, perlu waktu berbulan-bulan untuk membangun kembali landasan yang telah mereka hancurkan sendiri.
Kini, terhadap Lira, Semunya berbeda. Tidak ada halangan untuk melakukan nya saat ini. Benar atau salah, itu soal nanti, karena saat ini nafsulah yang melandasi hubungan dirinya dengan Lira. Lira bukan teman dekatnya. Sejak awal ia etrtarik pada Lira karena tubuh Lira yang menggoda iman. Kalau kemudian ia menjadi dekat dengan Lira Karena sesuatu hal, itu tak ubahnya alat untuk masuk ke dalam perasaan Lira.
Remasannya ke dada Lira semakin kuat. Tanpa ragu, Ia menyisipkan jarinya dari sisi atas untuk merasakan langsung lembutnya bongkahan indah itu. Lira mengerang dan berusaha mendekap andi lebih kuat. Tangan andi meremasnya makin kuat dan semakin ia merasakan betapa kencangnya dada Lira. Kencang, halus dan terawat. Ia pun kagum kepada Lira yang menyadari bahwa bagian tubuhnya yang sedang remas andi adalah daya tarik utama dirinya, terbukti dari hasil perawatan yang dilakukannya itu. Sembari tangan kanannya meremas dada Lira, Dan lidahnya menjilati leher Lira. Tangan kirinya membuka pengait Bra di belakang. Sekali terbuka, keduanya tangannya menyusup dari bawah dan mengangkat pakaian Lira melewati leher. Dan sekejap ia langsung bisa melihat bukit besar menantang itu langsung di depan matanya. Sejenak ia kembali mengagumi keindahan yang terpampang didepan matanya itu. Dua bongkah daging yang sejak setahun lalu membuat dirinya kerap tak bisa tidur. Tak berlama-lama puting susu Lira sudah menjadi sasaran mulutnya. Kuluman bibir, gigitan kecil plus lidah membuat Lira terlonjak tak bisa menahan diri. Badannya menegang seiap andi menghisap putingnya. Ingin rasanya andi mengecup kuat area di kulit yang menutupi tonjolan dada Lira, Tapi ia sadar hal tersebut akan mempersulit posisi Lira. Apalagi Lira memohon dengan suara lirih "Jangan ada..bekasnya ...Ndi..."
Dua bukit besar itu seperti mainan baru bagi andi, Ia juga sering merasakannya dari Lina, tapi yang disodorkan Lira dua kali lebih nikmat. Lina juga keras dan kencang, tapi tidak sebesar Lira. besar tapi masih proporsional. Ia bisa merasakan puting Lira menyentuh telinganya saat ia berusaha membenamkan kepadanya ke sela-sela di antara dau bukit tersebut.
Erangan pelan mulai terdengar keras keluar dari mulut Lira. Nafas Lira mulai memburu dan matanya terpejam. Mulutnya sedikit terbuka dan setiap isapan andi di putingnya mengeras, kepalanya terlonjak kebelakang. Tangannya hanya bisa menekan kuar punggung andi. Kendali dirinya benar-benar sudah hilang tertutup kenikmatan isapan dan sapuan lidah andi di kedua payudaranya. bahkan angin dingin khas kota bandung yang kencang dari luar sudah tak terasa lagi di kulitnya. Tak hanya Lira yang terlena, Andi pun semakin bernafsu menggarap buah dada Lira yang menggairahkan itu. Sensasinya seperti mendapatkan sebuah mainan baru. Ia menjelahi setiap titik buah dada Lira tanpa terlewatkan. Ia ingin tahu reaksi apa yang diberikan Lira setiap ia menjelajah setiap permukaan buah dada itu.
Keduanya sedikit tersentak ketika pintu kamar Lira tertutup sendiri tertiup angin kencang dari luar. Andi terdiam dan memandangi Lira sesaat.
"Geblek, lupa ditutup.." Andi langsung bangkit dan memeriksa keadaan di luar dari jendela, apakah ada mata-mata tersembunyi yang menyaksikan perbuatan mereka.
"Kunci Ndi..., Sekalian korden.." Sebut Lira dengan suaru parau dan lemah.
Lira langsung menggamit lengan andi dan memeluk laki-laki itu dan menempelkan keningnya ke dada bidang penuh bulu itu. ia bisa melihat puting buah dadanya menempel di atas perut andi.
"Ndi..., tolong...,"
Ia melepaskan tangan andi yang mengusap-usap halus punggungnya. Tangan kanannya membimbing tangan andi ke arah selangkangannya. Ia merasakan sendiri sedikit demi sedikit kewanitaannya mulai basah mengalirkan cairan hangat. Ia tahu persis telah dihinggapi nafsu.
Sejenak Lira was-was. Ia takut andi melakukannya tindakan bosoh seperti laki-laki lain yang tidak peduli fase-fase seksualitas wanita. Ia ingin dilayani juga sebagai makhluk yang juga memiliki nafsu. Selama ini, Yang ia alami hanya melayani keinginan laki-laki tanpa ada balasan dari laki-laki itu.
Tapi kekhawatirannya segera lenyap saat andi menyambut bimbingan tangannya dan mulai akitf menggerayangi daerah kewanitaannya. Dimulai dengan usapan lembut di atas daerah vaginanya yang masih tertutup dua lapisan, celana dan celana dalam. Dilanjutkan gosokan sedikit keras yang menenkan alat genitalnya. Sekali lagi, Saat andi menyentuh paha bagian dalamnya, darahnya berdesir kencang, nafsunya semakin melonjak.
Aliran darah seketika seperti mengalir deras di tengah-tengah selangkangannya. Andi pun tak mau berlama-lama menunggu. Sekali tarik, ia meloloskan celana pendek dan celana dalam yang membuar Lira makin tak berdaya telanjang bulet. Tangan andi mulai mengusap-usap klitoris dan bagian luar vaginanya. Rasanya seperti melayang setiap sapuan jemari andi mengenai alat kelaminnya itu. Dipadu permainan lidah di pitungnya. Lira semakin lemah tak berdaya. Lututnya terasa lemas yang membuat andi semakin mudah menjelajahi daerah kemaluannya karena menjadi terbuka.
Tak tahan melakukannya sambil berdiri, Lira memundurkan tubuhnya dan menjatuhkan badannya ke ranjang. Lututnya ditekuk dan kedua pahanya ia buka lebar-lebar. Andi melepas sendiri kaus yang dikenakannya dan tak menyia-nyikan pemandangan indah bibir-bibir vagina berwarna coklat muda yang terpampang didepannya. Bulu-bulu kemaluan Lira sangat terawat karena terlihat daru cukuran yang rapi. Bulu-bulu itu hanya tersisa di atas klitoris dan panjangnya tidak ada yang melebihi satu milimeter.
Sambil memeluk pinggang Lira dengan tangan kiri, Ia mulai memainkan jari kanannya di seluruh permukaan kewanitaan Lira. Pengalaman dengan Lina mengajarkannya untuk tidak langsung memasukkan jari ke dalam vagina. Ia lebih mementingkan usapan di klitoris. Dengan ibu jari dan jari tengah. ia membuka kulit penutup klitoris. Jari telunjuknya mulai meraba-raba permukaan klitoris yang menyembul berwarna merah muda. lonjakan pantat Lira terasa kuat setiap ia mengusap klitoris itu dibarengi erangan keras dari mulut Lira. Lira meremas-remas sendiri buah dadanya. Ia menahan kenikmatan luar biasa yang dirasakannya.
Puas jemarinya memainkan klitoris Lira, Lidahnya mulai bergabung. Setiap jilatan sanggup membuat Lira menjerit. Kedua pahanya berusaha menjepit kepala andi yang membuat andi semakin ganas memainkan lidahnya. Sesekali permainan itu ia gabung dengan isapan keras klitoris Lira. Tak usah ditanya reaksi Lira karena perempuan muda itu semakin berisik mengeluarkan erangan dari mulutnya. Rasanya memang gila permainan mereka, Karena jika erangan Lira terdengar sampai keluar entah apa yang akan terjadi.
Andi sudah mengarahkan lidahnya turun menuju vagina Lira ketika Lira menahan tubuh Andi dan bangkit meraih kancing celana andi dan melepasnya. bersama celana dalam, satu sorongan ke bawah langsung menjurutkan batang kemaluan andi yang sudah mengacung sejak tadi. Lira tahu, apa yang mereka lakukan adalah perbuatan bersama dan kini gilirian membelai, mencium, menjilat, dan meremas milik andi. Tak canggung ia menggenggam penis andi yang mengacung keras. Kedua tangannya mengenggam bersama, bersama besar dan penuh penis itu memenuhinya.
Satu kocokan, kini giliran andi yang terpaksa memejamkan mata merasakan nikmatnya genggaman tangan halus yang hangat itu. Dari bawah, Lira melirik ke atas dan tersenyum kepada andi yang berlutut di kasur. Ia paham arti senyum balasan andi. Tanpa berlama-lama lagi, Ia lumut batang tersebut di dalam mulutnya. Sedikit gigitan, Ia jilat seluruh permukaannya yang mengkilat itu. Urat-urat di sekujur penis andi semakin membuat nafsunya memuncak. Ingin rasanya segera merasakannya merayap di dinding vaginanya. Andi terengah merasakan isapan dan kulumannya. Masih ada sedikit rasa dongkol pada lina, kenapa temannya itu yang bisa mendapatkan laki-laki yang mampu menggetarkan hati setiap wanita itu. Di tengah usahanya memasukkan seluruh batang kemaluan andi kemulutnya, Lira hampir tersedak karena unjung kemaluan andi menyentuh pangkal rongga mulutnya sementara di luar masih tersisa. Ia semakin bernafsu mengulum penis ini. Pelan tapi pasti ia keluar masukkan penis itu di mulutnya. Lidahnya ia sentuhkan ke ujung penis yang kokoh itu. Ia paham laki-laki amat seneng diperlakukan seperti itu. Terlihat dari paha andi yang semakin terbuka membuat penisnya makin mengacung kencang. Seketika ia melihat penis andi, Lira langsung merasakan rangsangan semakin besar dalam dirinya. Tanpa ragu ia berusaha memberikan pelayanan sempura pada andi, laki-laki yang sanggup membuatnya panas dingin meski hanya beradu pandang. Ia ingin andi merasakan kenikmatan terdalam pelayanan perempuan.
Daftar PokerKiukiu Minimal Depo : 15.000Rb
Ingin Daftar Permainan Games Judi Online Silahkan Saja Klik Dibawah Ini :
Lira memang tidak salah karena andi pun mulai merasakan apa yang diharapkannya. Baru kali ini andi merasakan perlakukan total perempuan selain lina terhadap dirinya. Apalagi saat Lira mulai menjilati dan mengulum kantung buah zakarnya. Semuanya terasa berbeda, benar-benar sensasi yang memabukkan. Selain merasakan nikmatnya kuluman dan isapan Lira, pemandangan indah sekaligus ia dapatkan. Posisi Lira yang merangkak setengah menunduk membuat bongkahan pantatnya menjulung ke atas. Pasti nikmat membenamkan penisnya ke kemaluan Lira sekaligus menggenggam dan mengusap pantat yang padat dan berisi itu.
Lira merasa belum cukup ketika andi menarik lengannya. Tapi, Ia mengikuti saja keinginan pujaan barunya itu dan menyambut kecupan hangat andi di bibirnya. Ia merebahkan tubuhnya sembari menarik andi. Lira sudah tahu kelakukan laki-laki. Jika sudah menarik dan merebahkan tubuh perempuan berarti laki-laki itu sudah ingin melakukan penetrasi.
Namun, Dugaannya meleset. Andi justru merebahkan badannya di sisi Lira. Berbaring miring, Andi mengisap lagi buah dadanya.Lira semakin kagum akan laki-laki yang satu ini, Benar-benar penuh kendali diri. Ia semakin kaget ketika jemari andi mulai bermain lagi di sekitar kemaluannya. Kali ini usapannya sedikit keras dan cepat menggosok klitorisnya. Lira menggelinjing menerima perlakuan andi. Benar-benar laki-laki penuh misteri, Pikirnya.
Laka-laki sempurna, pikir Lira menyadari betapa beruntungnya ia berhasil mendapatkan andi seperti sekarang. Bisa mendapatkan lagi sesuatu yang dulu hilang direnggut kejamnya Dani terhadap dirinya. Kalau saja ia tahu Dani hanya mempermainkannya saat itu, Tidak akan ia mau menyerahkan semua kehormatannya kepada laki-laki brengsek pengecut itu. Rasanya muak hatinya mendengar semua orang membicarakan perkawinan dani saat ia baru dua bulan memadu kasih dengan laki-laki keparat itu. Untuk Boy hadir sebagai penyelamat. Ia sayang pada laki-laki ini, Tapi kadang perasaannya tak tega melihat kebaikkan hati boy.
Tapi kali ini ia ingin total merasakan kehangatan andi. Kekagumannya membuat ia semakin senang akan apa yang dilakukan andi padanya saat ini. Menikmati usapan jemari andi yang cepat itu membuatnya ia sanggup melupakan semua pikirannya pada dua laku-laki yang telah sempat mengisi relung hatinya.
Di tengah lonjakan-lonjakan kecil menikmati permainan andi, tiba-tiba ia merasakan sekujur tubuhnya sebuah rambatan energi tiada tara yang membuat sejenak dirinya melayang. Suara-suara di sekitarnya seperti lenyap, Hanya terasa desiran tiada tara yang membuat tubuh sempat terbujur kaku sejenak dan berikutnya terlonjak-lonjak demikian kuat yang semakin lama semakin melemah frekuensi dan intensitasnya.
Matanya terpejam, Ia baru saja merasakan sensasi terbesar yang belum pernah sekalipun ia rasakan dengan laki-laki lain. Liang vaginanya pun terasa berdenyut lebih kuat dan saat semuanya belum mereda. Andi sudah menindih tubuhnya. Ia bisa merasakan bobot tubuh nya andi terutama di bagian bawah pinggangnya. Tangan andi sudah tegak di sisi buah dada Lira kekar menopong badannya sendiri. Ia bisa merasakan bagian tubuh bawah andi bergerak-gerak berusaha mengarahka acungan penisnya. Lira pun langsung meraih penis nan kokoh itu dan membimbingnya ke ujung vaginanya.
Andi tersenyum dan Lira membalasnya dengan senyuman manis diiringi anggukan penuh kepasrahan tanpa paksaan. Terasa andi mendorong kuat pantatnya dan Lira juga bisa merasakan gesekan batang kemaluan andi di dinding vaginanya. Sungguh halus dan penuh perasaan andi memasukkan penisnya ke vagina Lira. Perlahan cairan di dalam vagina melumasi permukaan penis andi. Tak ada rasa sakit sama sekali penis tersebut lebih besar ketimbang milik dani dan boy. Itu karena andi melakukannya tanpa terburu-buru dan tanpa memaksa.
Mulai terasa perih ia menarik kembali penisnya sedikit dan membenamkan lagi sampai akhir seluruh penisnya dilumut vagina Lira. sodokan pertama penis tersebut masuk seluruhnya sanggup menyentuh dalam bagian vagina Lira yang belum pernah tersentuh sebelumnya. Lira pun merasakan sekali lagi kenikmataan yang luar biasa itu. Apalagi, Andi tidak langsung memompa pantatnya cepat-cepat dan keras. Pertaam masuk penuh, Ia menahannya dan memandangi wajah Lira dan kali ini ditambah sebuah kecupan mesra. Lira seperti diawang-awang diperlakukan seperti itu. Ia merasa dirinya demikian berharga di hadapan andi.
Andi sendiri merasa telah memenangi sebuah peperangan. Penisnya yang sudah bersarang di vagian Lira adalah sebuah tanda babak hubungannya dengan Lira yang tidak akan mudah dikembalikan seperti kala. Bersatunya kedua tubuh mereka adalah ikatan emosi yang hanya bisa dirasakan oleh andi dan Lira, Tak seorangpun bisa merasakan itu.
Setelah itu, Mulailah andi menggerakkan pantatnya mengangkat dan menekan yang membuat penisnya keluar masuk bergesekan dengan liang vagina Lira. Hangat dan lembut bisa andi rasakan lewat sekuju penisnya dari dalam vagian Lira.
Lira menyambut setiap gerakan andi dengan jepitandan gerakan kecil pantatnya. Dari mulutnya keluar erangan yang semakin lama semakin keras dan cepat beirama. Lira terpejam dan mengerang dengan mulut yang sedikit terbuka sambil mendongakkan kepala membuat andi makin bernafsu. Lira semakin seksi dalam kondisi seperti itu. Lehernya yang putih dan guncangan pada buar dadanya membuat andi semakin ingin membenemkan penisnya dalam-dalam di vagina Lira. Apalagi setiap ujung penisnya menyentuh pangkal vagina Lira. Rasanya sungguh tiada tara. Derit ranjang mulai terdengar seiring semakin kuatnya sodokan andi. Tapi mereka sudah tidak peduli. Lira bukan tidak menyadari seseorang pasti ada yang mendengar deritan tersebut di bawah. Apalagi kalau teman kost yang menempati kamar di bawahnya seang berasa di kamar. Tapi ia yakin semua temannya akan maklum.
Semakin luat dan cepat sodokan andi membuat Lira merasakan lagi desakan rasa luar biasa yang akan tiba. Ia hanya bisa mencengkaram punggung andi keras-keras desiran itu semakin kuat dan mencapai puncak. Kepalanya benar-benar mendongak ke atas hingga kedua bola matanya hanya terlihat tinggal putihnya. Setelah sampai, sekali lagi ia merasakan tubuhnya ringan dan aliran darah mengalir deras ke arah vaginanya.
Dinding vaginya berdenyut kuat hingga andi juga bisa merasakannya. Andi langsung mengenhentikan gerakannya membiarkan penisnya merasakan cengkaraman kuat yang terjadi hanya beberapa detik itu. Tindakan andi juga membuat Lira merasakan kenikmatan luar biasa. kali ini terasa lebih nikmat karena denyutan vaginanya tertahan penis andi yang sedang membenami kemaluannya itu. Semakin banyak saja kekaguman LIra pada Andi. Tahu kapan ia sepenuhnya kenikmatan tersebut. Sebuah teknik bercinta yang baru kali ini Lira rasakan."Andi... Nikmat sekali...,"
Lira memeluk andi kuat-kuat dan menciumi pipi dan pundak laki-laki itu. sekali lagi andi tersenyum membalas Lira.
"Enak?"
"Banget!" Jawab Lira singkat dan tegas.
"Gaya lain...?"
Lira langsung mengangguk dan menunggu aba-aba andi gaya yang diinginkan andi.
Andi membalik badan Lira dan mengangkat badan bagian bawah Lira dengan memeluk pinggang dari belakang. Lira langsung berdebar-debar begitu tahu andi ingin melakukan gaya doggy. Missionari saja sudah sanggup mencapai pangkal vaginanya, Apalagi Doggy
Tak menunggu andi langsung memasukkan penisnya. Lira menunduk sambil menggigit bibirnya merasakan seluruh penis andi terbenam makin dalam di vaginanya. Pantatnya terangkat tinggi yang membuat andi semakin tak bisa mengendalikan birahinya. Kali ini andi langsung mendorong dengan cepat dan Lira mengikuti irama dengan mendorong pantatnya ke belakang. Keduanya sama-sama merasakan kenikmatan yang lebih dalam.
Masuk hitungan belasan menit menyodok vagina Lira, belum ada tanda-tanda dorongan andi melemah. Sebaliknya justru makin kuat, membuat Lira makin bernafsu. Tetesan peluh mulai membasahi keduanya, Namun baik Lira dan andi justru makin bersemangat. Lira, Yang bisa dua kali beruntun merasakan kenikmatan puncak saat disodok andi dari belakanng justru semakin ingin merenguk terus kenikmatan itu. Pantat dan pinggangnya makin bergerak liar membuat andi tap mampu menahan lenguhannya
Tiba-tiba ganti Lira yang berinisiatif. Ia lepaskan penis andi dari vaginany dan mendorong andi sampai terlentang. Ia langsung memanjat tubuh andi dan duduk di atas acungan penis andi yang masih kokoh berdiri. Melihar Lira bergerak naik turun, Andi tak kuasa untuk tidak meremas buah dada Lira yang terguncang-guncang. Telapaknya yang besar berusaha meraup seluruh permukaan buah dada itu, Tapi tidak pernah berhasil. Remasannya makin kuat membuat Lira makin mempercepat gerakannya.
Sekali lagi Lira harus mengaku kalah. Karena meski ia telag mencoba berbagai goyangan yang dipadu dengan gerakan naik turunnya, Justru ia yang kembali merasakan desakan kenikmatan dari liang vaginanya. Lira langsung ambruk menindih andi yang sudah siap menerimanya dengan pelukan mesra dan kecupan hangat di ubun-ubunnya.
"Kamu kuat banget Ndi.."
"Kamu di bawah lagi ya.. ?"
Lira mengangguk lemah dan menggulingkan badannya ke sisi kanan andi.
Sebelum andi memasukan lagi penisnya ke vagina Lira, Lira memberikan sesuatu yang belum pernah ia lakukan pada laki-laki manapun yaitu memasukkan penis tersebut ke mulutnya. Sebelumnya ia tidak mau mengulum penis yang sudah masuk ke vaginanya. Tapi, Untuk andi, Yang telah memberikannya kenikmatan tiada tara, Ia lakukan itu.
Puas mengulum dan menjilati penis yang dipenuhi lendir sisa persetubuhan mereka, Lira kembali merebahkan dirinya dan menyuruh andi memulai lagi aksinya. Andi langsung bergerak dan dorongan seperti saat pertama mereka memulainya yaitu perlahan dan terus semakin lama semakin kuat dan cepat. Lira sudah pasrah kalau ia harus sekali merasakan orgasme, Tapi baru ia berpikir begitu, Tiba-tiba sodokan andi terasa lebih keras dari sebelumnya, Sesaat kemudian andi mengerang panjang dan menyodokan penisnya sangat kuat beberapa kali. Lira pun bisa merasakan hangatnya muncratan sperma andi di dalam vaginanya. Andi masih terus menyodok terputus-putus dan semakin melemah. Sperma andi juga Lira rasakan mengalir keluar setiap andi nyodokan lagi penisnya. Setelah benar-benar selesai, Andi pun ambruk menindih Lira. Andi terdiam sesaat di atas buah dada idamannya itu merasakan betapa nikmat persetubuhannya dengan Lira.
Lira mengusap lembut kepala andi penuh kehangatan.
"Puas Ndi..?"
Andi hanya mengangguk. Badannya terasa lemas. Lira tersenyum bahagia mendapatkan jawaban Andi. Paling tidak, Tekadnya membuat andi merasakan kenikmatan tertinggi berhasil ia lakukannya.
"Lir, Nikmatnya benar-benar ngga ada yang nyamain..."
"Kamu juga hebat Ndi. Baru kali ini akun ngerasain orgasme..."
Keduanya pun duduk berdampingan di sisi ranjang. Lira merebahkan kepalanya di pundak Andi. Sambil membakar rokok, Andi merangkul Lira. Keduanya hany bisa terdiam dan sama-sama tidak percaya apa yang baru saja terjadi di antar mereka.
Lira masih tidak percaya ia telah melakukan hubungan Seks dengan andi, Pacar lina, Teman satu angkatannya. Meski ia memang sudah kagum pada andi sejak pertama berkenalan, tapi akhirnya sampai berhubungan intim dengan andi, Adalah sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Andi, walaupun ia juga tertarik pada Lira diawali oleh ketertarikan fisik, tetap saja apa yang baru saja ia alami benar-benar di luar dugaannya. Apalagi Lira seperti menyambut keinginan terpendam andi itu sebetulnya ia simpan dalam-dalam. Ia kenal Boy sangat menghormatinya terutama sebagai senior meski beda fakultas.
Dalam dirinya, Lira tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya Lina yang terkenal emosional di kampus. Serupa dengan Lira, andi juga sulit membayangkan apa yang akan terjadi pada boy jika ia tahu apa yang dilakukannya dengan Lira. Boy memang pendiam dan tenang, tapi andi tahu boy adalah orng yang keras.
Andi mengeratkan rangkulannya pada Lira. Lira pun membalasnya diikuti kecupan di bibir. Tapi andi tak membalasnya yang membuat Lira binggung.
"Kenapa..?"
Andi menggeleng sambil tersebyum dan mengecup kening Lira dan mendekap Lira lebih dalam.
"Yuk ke kampus...," Ajak Andi sambil melepas pelukanya.
Lira mengangguk sambil tersenyum. Berpakaian, Kedua lantas keluar kamar bersikap biasa. Andi lebih dulu menuju motornya dilantai bawah.
"Bareng aja...," Sahut andi.
"Oke!"
Waktu saat itu menunjukan pukul 4.15 sore. Keduanya tak sadar telah jam bercumbu dan berhubungan intim. Kalau sesuai janji, Andi sebetulnya sudah terlambat. Dan memang benar, saat tiba di kampus FH, Anak-anak yang rapat sudah duduk-duduk di koridor kampus.
"Bareng Lira?" Tanya Lina tanpa curiga.
"Iya, tadi ketemu di jalan, ya sekalian aja."
"Tunggu bentar ya, 10 menit lagi."
Oke, aku tunggu di sini ya."
Di tempatnya duduk, Andi melihat Lira berdiri di samping Boy. Boy masih sibuk membahas beberapa masalah dengan teman-temannya. Lira pun melirik ke arah andi dan memberikan sebuah senyum yang manis. Keduanya memang harus kembali bersikap normal, Tapi di hati kecil mereka, Baik andi dan Lira sama-sama berharap kejadian yang mereka alami terulang kembali lagi?